Konon katanya yang namanya petani itu nasibnya sama saja.  Kucuran  keringat dan curahan tenaga dalam menghasilkan pangan untuk pemenuhan kebutuhan  manusia ternya tidak dihargai sebagaimana mestinya.
Ironisnya yang menikmati keuntungan dalam porsi besar justru pedagang  besar yang behilir di supermarket,
Apa yang dilaporkan oleh ABC Rural yang umumnya menyajikan acara acara pertanian berbasis pedesaan adalah salah satu contoh nyata yang mencerminkan nasib petani itu sama saja walaupun di negara maju sekalipun.
Jahe walaupun tanaman tropis yang tidak cocok dikembangkan di Australia ternyata dengan kemajuan teknologi dan rekayasa lingkungan ternyata dapat tumbuh di Australia dengan baik.
Namun sayangnya petani yang sudah berkeringat tetap saja mendapatkan porsi yang kurang adil.
Sebagai gambaran harga 1 kg jahe yang diproduksi oleh petani Australia berkisar antara AUD$7-$11 atau setara dengan RP 71.500,00 -- Rp. 112.215,00.
Kisaran harga ini terjadi karena perbedaan waktu panen jahe. Â Jika dilakukan di awal musim Jahe harganya lebih murah jika dibandingkan jika dipanen di akhir musim.
Secara alamiah jahe yang tumbuh dan di panen di akhir musim lebih beraroma dan rasanya lebih kuat jika dibandingkan dengan jahe yang dipanen di awal musim.
Harga di level petani di Australia ini cukup masuk akal jika dibandingkan dengar harga jahe di Indonesia yaitu sekitar Rp. 35 ribu per kg untu jahe biasa.
Namun hasil investgasi  ABC Rural ternyata di supermarket ternama di Australia jahe dijual dengan harga rata rata  4 kali lipat dibanding dengan harga yang diterima oleh petani.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!