Vietnam memang dikenal dunia sebagai salah satu negara eksportir padi terbesar di dunia.
Kesuksesan Vietnam dalam mengembangkan teknologi budidaya padi yang sangat spesifik dengan kondisi tanah dan lingkungan di sepanjang sungai dan delta Mekong menjadikan negara ini dapat bangkit kembali dari kehancuran dan keterpurukan perang Vietnam yang menyakitkan.
Sejak bebas dari belenggu perang, Vietnam mulai tahun 1975 mencanangkan  program nasional yang dinamakan "Rice First" sebagai upaya untuk membebaskan rakyatnya dari kelaparan akibat perang yang berkepanjangan.
Kemenangan yang diraih di perang ini memungkinkan terjadinya unifikasi antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang akhirnya di tahun 2020 lalu berhasil menobatkan Vietnam sebagai negara pengekspor beras terbesar kedua dunia dengan total ekspor sebesar 3,9 juta ton ke berbagai negara di dunia.
Sebagai gambaran produksi beras Vietnam memang mengandalkan wilayah delta Mekong ini karena 50% dari total produksi beras nasionalnya berasal dari wilayah ini.
Data yang dikeluarkan oleh kementerian pertanian Vietnam menunjukkan bahwa 95% dari ekspor beras Vietnam juga berasal dari wilayah ini.
Tanaman padi merupakan tanaman pokok di wilayah ASEAN termasuk Indonesia.  Dari segi manfaat tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana padi yang kemudian diolah menjadi beras dan nasi ini merupakan  makanan pokok di wilayah Asia.
Namun di balik reputasi tanaman padi tidak banyak orang yang tau bahwa budidaya padi merupakan salah satu sumber pencemaran udara dengan menghasilkan gas rumah kaca yang memperburuk iklim dunia.
Lahan padi yang sebagian besar memerlukan genangan air ini membuat pertukaran gas dari tanah ke udara tidak berlangsung dengan baik, sehingga menyuburkan bakteri dan menghasilkan gas metan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditinjau dari level emisi gas rumah kacanya, Â budidaya padi menempati peringkat kedua sebagai pengahasil gas rumah kaca setelah peternakan sapi.