Namun pada kenyataannya deklarasi ini gagal total karena di lapangan deforestasi masih terus berjanjut sampai saat ini.
Tren deforestasi yang sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh FAO pada tahun 2020 yang menunjukkan bahwa pada rentang tahun 1990-2000 dunia kehilangan hutannya sebesar 7,8 juta hektar.
Bahkan data yang dikeluarkan oleh FAO masih mencatat laju kehilangan hutan yang sangat besar yang terjadi pada periode 2010-2020 yaitu sebesar 4,7 juta hektar.
Memang dalam kurun waktu 40 tahun ini terjadi penurunan laju deforestasi, namun angka deforestasi yang dikeluarkan oleh FAO masih dalam level yang sangat mengkhawatirkan mengingat jumlah luasan hutan yang tersisa sudah sangat jauh berkurang.
Hal yang juga menarik dari COP 26 ini, ada tiga negara yang menjadi sorotan dunia pada pertemuan puncak ini yaitu Indonesia, Rusia dan Brasil.
Indonesia disorot karena merupakan eksportir terbesar minyak sawit yang jika dapat berbuat banyak untuk mengurangi deforestasi akan memberikan dampak yang besar pada perbaikan iklim dunia.
Pada pertemuan kali ini dunia juga berjaji untuk mengalokasikan dana global sebesar US $19.2 milyar yang akan disalurkan melalui masyarakat ataupun organisasi untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030 mendatang.
Namun kembali komitmen dana ini juga seringkali dilupakan dengan berjalannya waktu. Â Artinya kita tidak bisa memegang janji ini sampai komitmen penyediaan dana dari berbagai negara ini terealisasi.
Jika dilihat dari rentang waktunya bahwa janji ini harus terealisasikan dalam waktu 10 tahun.
Singkatnya waktu inilah dan juga pengalaman ingkar janji pada forum forum sebelumnya membuat dunia menjadi ragu apakah janji dan komitmen yang menggembirakan ini kembali diingkari.