Perkembangan terakhir di Afghanistan menunjukkan hal tersebut.  Pejuang Taliban yang selama ini diusir dan  sudah sebagian besar ditaklukkan ternyata dengan sangat cepat mengambil alih kembali wilayah yang selama ini dikuasai oleh pemerintah Afghanistan yang didukung oleh tentara Amerika.
Dalam kurun waktu 1 minggu ini Afghanistan memang memasuki masa genting, karena secara sangat cepat 8 provinsi sudah direbut kembali oleh Taliban.
Apa yang selama ini direbut oleh tantara Amerika dengan susah payah ternyata segera setelah Amerika menyatakan akan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan, wilayah wilayah ini termasuk kota besar Kunduz sudah direbut kembali oleh  Taliban.
Jika Amerika dengan sangat leluasa melakukan mengebom untuk menaklukkan Taliban di wilayah terpencil, maka kini dengan masuknya Taliban ini ke kota kota besar yang padat penduduknya maka pengeboman melalui udara tidak dapat dilakukan.
Dalam situasi seperti ini perang grilya merupakan satu satu cara.  Pasukan Amerika tidak akan mau mengambil resiko korban jiwa besar  dalam perang grilya ini di wilayah yang direbut oleh pejuang Taliban dan memilih untuk menghindarinya.
Dengan waktu yang tinggal 21 hari lagi, Amerika tidak akan berani mengambil resiko mengerahkan pasukannya melawan arus majunya pejuang Taliban.
Dalam 21 hari ini perupakan masa kritis bagi masa depan Afghanistan karena begitu semua pasukan internasional meninggalkan Afghanistan, maka perang saudara tidak akan dapat dihindarkan lagi dan sudah dipastikan pejuang Taliban akan dengan mudah masuk ke kota Kabul dan menguasai seluruh Afghanistan.
Perang panjang yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya yang sudah menghabiskan dana yang luar biasa besarnya ini termasuk nyawa seolah tidak berbekas sama sekali karena hanya dalam sekejap situasi kembali sama  seperti ketika 20 tahun lalu ketika Amerika memulai perang di Afghanistan untuk menumpas Taliban.
Saat ini tidak ada pilihan lagi bagi Amerika kecuali meninggalkan Afganistan dengan kekalahan.