Penemuan terbaru para ilmuwan yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah bergengsi Current Biology tanggal 24 Juni 2021 kemarin dan juga Nature dan bioRxiv mengejutkan dunia.
Tim ilmuwan dari Australia dan AS berhasil mengungkap jejak virus Corona purba yang ada pada gen manusia dengan menemukan bukti bahwa epidemi virus corona pecah di Asia Timur sekitar 25.000 tahun yang lalu dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama yaitu 20.000 tahun.
Jejak virus Corona ini dapat dilihat pada genom manusia  modern yang hidup di wilayah tersebut.
Mewabahnya Virus Corona saat itu telah berdampak besar pada populasi manusia yang tinggal di wilayah tersebut dan meninggalkan jejak genetik pada genom manusia saat ini.
Para ilmuwan ini berhasil menemukan jejak wabah virus corona purba dalam genom manusia modern dari Asia Timur
Virus Corona purba ini ternyata berinteraksi dengan sel dan jaringan manusia dengan cara yang mirip dengan cara yang dilakukan oleh virus penyebab COVID-19 yang sedang mewabah saat ini.
Temuan terbaru ini diharapkan ini dapat membantu para peneliti menemukan cara baru untuk memerangi COVID-19.
Jika kita tilik lini waktunya maka ada tiga rangkaian wabah yang melibatkan virus Corona ini, yaitu:
- Wabah pertama yang pernah melanda  dikenal sebagai SARS-CoV (severe acute respiratory syndrome coronavirus).  Virus Corona ini mewabah di Tiongkok  pada tahun 2002 dan menginfeksi lebih dari 8.000 dan menewaskan lebih dari 800 orang.
- Wabah kedua terjadi  tahun 2006 ketika MERS-CoV (Middle East respiratory syndrome coronavirus) menjangkiti lebih dari  2.400 orang dan menewaskan lebih dari 850 orang.
- Wabah terbaru mulai  terjadi  pada akhir 2019 ketika SARS-CoV-2 muncul di Tiongkok, memicu pandemi yang  saat ini sedang berlangsung  yang kita kenal sebagai  virus corona 2019 (COVID-19).
Bagaimana Ilmuwan Melacaknya?
Kelompok peneliti ini  menganalisa basis data 2.504 individu yang berasal dari 26 populasi etnis di lima benua, termasuk suku Dai Cina, Kinh Vietnam, dan Yoruba Afrika dengan memfokuskan pada  420 protein yang diketahui berinteraksi dengan virus corona, termasuk 332 yang berinteraksi dengan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Interaksi ini dapat berkisar dari  peningkatan respons kekebalan hingga memudahkan virus untuk membajak sel.
Produksi 420 protein yang meningkat secara substansial dijadikan bukti adanya paparan epidemi seperti virus corona di masa lalu dan hanya muncul di orang Asia Timur.