Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memahami Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

13 April 2021   11:20 Diperbarui: 14 April 2021   11:54 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tentunya pernah mengenal istilah anak sulit konsentrasi  dan hiperaktif yang dalam bidang kesehatan dikenal sebagai ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).

Anak yang mengalami kelainan ini biasanya akan sangat sulit untuk belajar dan bermain bersama dengan anak seusianya karena mengalami masalah konsentrasi dan juga hiperaktif.

Anak dengan ADHD tentunya memerlukan waktu dan perhatian orangtua yang lebih dibandingkan dengan mengasuh anak normal.

Di dunia ADHD dikategorikan sebagai kelainan yang paling banyak terjadi pada anak yaitu sekitar 5-7%.

ADHD dapat didefiniskan sebagai kondisi dimana anak yang memiliki kelainan ini memiliki pola kurang perhatian dan hiperaktif yang permanen yang berdampak pada perkembangan.

Ciri-ciri anak dengan ADHD yang paling menonjol adalah perhatian dan perilaku hiperaktif-impulsif. Gejala ADHD dimulai sebelum usia 12 tahun dan pada beberapa anak, gejala tersebut terlihat lebih dini lagi yaitu  sejak usia 3 tahun. Gejala ADHD bisa ringan, sedang atau berat  dan dapat  berlanjut hingga dewasa

Sumber: psycom.net
Sumber: psycom.net
Apa Gejala ADHD?

Gejala yang paling umum yang ditunjukkan anak dengan ADHD ini adalah :

  • Sulit konsentrasi dan kurang perhatian terutama untuk tugas yang tidak diinginkan.
  • Hiperaktif, yang mungkin bersifat fisik, verbal, dan / atau emosional.
  • Impulsif, yang sering ditunjukkan dengan tindakan kecerobohan.
  • Gelisah
  • Disorganisasi dan kesulitan memprioritaskan tugas.
  • Manajemen waktu yang buruk dan tidak kenal  waktu.
  • Perubahan suasana hati yang sering  terjadi  dan ketidak teraturan emosi
  • Pelupa dan memori  yang buruk
  • Kesulitan melakukan  multitasking dan disfungsi eksekutif
  • Ketidakmampuan untuk mengendalikan amarah atau frustrasi
  • Kesulitan menyelesaikan tugas dan sering menunda-nunda
  • Kesulitan menunggu giliran

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah angka anak yang didiagnosa dengan  ADHD di dunia mengalami peningkatan.

Hasil penelaahan yang dilakukan dari hasil 300 penelitan dalam kurun waktu 40 tahun dengan menggunakan big data yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Sydney dan Bond University  menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak ataupun orang dewasa yang menderita ataupun menerima pengobatan yang terkait dengan ADHD sejak tahun 1980 an.

Peningkatan angka ADHD ini dapat dimaknai sebagai pertama bahwa pendiagnosaan awal berhasil sehingga secara dini anak dengan ADHD terdeteksi  lebih dini, namun sebaliknya menjadi kekhawatiran tersendiri jika peningkatan ini memang disebabkan semakin bertambahnya anak yang mengalami kelainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun