Entah apa yang mendorong saya akhirnya memiliki keberanian menulis cerita ini yang merupakan bagian dari perjalanan hidup saya. Tulisan ini semata mata  merupakan ungkapan rasa syukur karena Allah masih menyayangi saya.
Walaupun musibah ini sudah berlalu selama 5 tahun 5 bulan, namun masih terbayang suasana mencekam di antara waktu dzuhur dan ashar pada tanggal 11 September 2015 lalu ketika badai pasir dan hujan deras melanda Masjidil Haram yang dikenal sebagai musibah haji tahun 2015.
Alhamdulilah dengan ucapan syukur yang sangat mendalam saya diberi kesempatan oleh Allah SWT berada di sana menunaikan ibadah haji mengikuti rombongan haji Australia.
Musim haji ketika itu memang ditandai dengan suhu udara sangat panas dengan suhu rata rata di siang hari mencapai 42-45oC.
Tanda tanda akan terjadi cuaca ekstrim memang sudah tampak ketika rombongan kami bergerak dari Madinah ke Mekkah. Â Ketika melewati jalan tol mendekati pemberhentian entah darimana asalnya jarak pandang di depan mobil menjadi sangat pendek dan buram karena ada badai pasir.
Tidak hanya badai pasir saja, namun disertai oleh hujan  petir yang walaupun sebentar cukup deras. Saya memang menganggap peristiwa ini sebagai sesuatu yang luar biasa karena di tengah gurun pasir yang tandus dan terik tiba tiba diguyur hujan yang cukup deras.
Suasana Ka'bah dan Mesjidil Haram  di musim haji tahun 2015 itu memang sangat khas karena masih dalam tahap pembangunan dan perluasan besar besaran.
Area di sekitar Kabah dibagun dek besi bertingkat  yang memungkinkan jamaah melakukan tawaf secara bersamaan pada tingkat yang berbeda di seputar kabah. Bagungan baru perluasan Mesjidil Haram masih banyak yang ditopang penyangga karena masih dalam tahap pembangunan.
![Mesjidil Haram saat itu masih dihiasi Crane raksasa. Photo: Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/20/20150916-182049-6030e2708ede4876b733b674.jpg?t=o&v=770)
Seperti biasanya saya menghabiskan waktu menunggu datangnya waktu sholat dan sholat di mesjidil Haram di lokasi strategis yang agak jauh tapi masih dapat melihat Kabah.
Tempat favorit saya itu berada di bagungan baru yang belum sepenuhnya selesai yang sedang dibangun.Â