Jadi memang untuk komoditi starategis seperti beras yang menyangkut kebutuhan hidup orang banyak, peran pemerintah harus sentral walaupun dari segi tata niaga dan juga harga tidak efisien. Â Jika pemerintah lepas tangan maka bukan tidak mungkin gejolak akan terjadi.
Pengalaman sejarah memang meunjukkan bahwa demontrasi petani akibat ketidak adilan akan dapat menguncang negara dengan konsekuensi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Perdana Menteri India Narendra Modi memang sangat popular, namun kali ini ketidak pekaannya pada tuntutan petani dapat saja mengguncang pemerintahannya dengan konsekuensi yang belum pernah terbayangkan olehnya.
Apalagi dibalik permasalahan ini  sebagian besar petani ini  adalah kelompok etnis Sigh  dan Muslim yang selama ini mendukung dirinya.
Mungkin Perdana Menteri India Narendra perlu belajar sejarah dan berguru pada Soekarno yang juga merupakan sahabat bapak bangsa India Gandhi yang  pada tanggal 27 April 1952 di acara peletakan batu pertama pembangunan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang kelak menjadi Institut Pertanian Bogor Bung Karno menyampaikan pidatonya tentang kehidupan berbangsa dan pangan.
Di acara tersebut Bapak Bangsa Indonesia menyampaikan secara lugas dan berapi api bahwa bahwa soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa.
Pernyataan ini mensiratkan bahwa pertanian merupakan ruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Ucapan Bung Karno ini mengingatkan tidak saja Indonesia namun juga dunia bahwa masalah pangan tidak dapat diabaikan jika suatu negara ingin menjadi negara besar yang disegani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H