Arab Saudi telah berusaha berulang kali untuk meredam antusiasme UEA pada beberapa isu regional, termasuk perang di Yaman, Â produksi minyak dan normalisasi hubungan dengan Israel.
Hal ini mengidikasikan bahwa sengketa antara Qatar dengan UEA dan Bahrain masih sangat mendalam.  Bahrain bahkan berualng kali menuduh Qatar mencampuri urusan dalam negerinya dan menganggap Qatar sebagai negara yang berbahaya.
Walaupun kesepakatan ini telah tercapai, namun nampaknya masih ada bara yang setiap saat akan menyala kembali dan bukan tidak mungkin memicu kembali konflik.
Sebagai contoh  liputan pemberitaan Al Jazeera tentang revolusi 2011 di Mesir dan kudeta militer yang menjatuhkan Mohamed Morsi pada 2013 masih menjadi ganjalan bagi Mesir.
Dalam situasi seperti ini UEA kemungkinan akan mengkritik Qatar kembali jika pasca  kesepakan ini Qatar melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan  UEA.
Salah satu faktor yang juga harus dipertimbangkan terkait kelangsungan kesepakatan ini adalah Turki.  Selama blockade yang dilakukan oleh 4 negara ini Turki  menjalin hubungan yang sangat nyaman dengan Qatar.
Hubungan baik antara Turki dan Qatar ini membuat pasukan Turki hadir di Qatar karena Qatar takut akan langkah Saudi  untuk menggulingkan kepemimpinan Qatar.
Selama lebih dari tiga tahun konflik Qatar dengan Arab Saudi dkk memang telah membentuk kesimbangan baru di wilayah ini dan kesepakatan untuk mengakhiri konflik tentunya diharapkan akan membuat siatuasi di kawasan ini lebih tenang.
Kesepakatan rekonsilasi ini ditambah dengan dimulainya era baru  pembukaan hubungan diplomatik negara negra  kunci di Timur Tengah dengan Israel diharapkan dapat lebih  menstabilkan politik di kawasan ini yang telah sekian lama porak poranda dilanda konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H