Pengetahuan tentang Kompasiana sebelum tahun 2014 dapat dianggap nol besar, karena sebelumnya saya benar benar tidak tau apa itu Kompasiana.
Memang sudah menjadi kebiasaan saya setiap hari berselancar di dunia maya untuk mencari hal hal yang baru yang merupakan tuntutan dari profesi saya.
Saat  saya masih bertugas di negara Kangguru sebagai yang mengurus kerjasama pendidikan dan kebudayaan Indonesia -- Australia, suatu hari ketika  searching di internet saya mendapatkan satu artikel yang ditulis di Kompasiana yang secara kebetulan artikel yang saya akses itu adalah tulisan Pak Tjip.
Dari kejadian itu saya baru mengetahui keberadaan Kompasiana dan profil penulisnya  serta memutuskan untuk mendaftar menjadi anggota dan tentunya mencoba untuk menulis.
Entah kebetulan atau tidak artikel yang saya tulis pertama kali di Kompasiana dengan judul "Lonceng Kematian Penghuni Kebun Binatang"Â dilabel oleh kompasiana sebagai Headline.
Karena masih baru  terus saya  masih  tidak mengerti apa itu artinya headline dan juga artikel pilihan editor. Namun dengan berjalannya waktu akhirnya saya mulai mengerti dan belajar aturan main di Kompasiana.
Di Kompasiana ini  juga saya mulai mengenal dan mengetahui bahwa Pak Tjip dan Bu Ros itu suami isti yang sangat istimewa yang selalu setia membagikan perjalanan hidup mereka secara terbuka di Kompasiana.
Ketika saya membaca artikel Pak Tjip pertama kalinya di Kompasiana dan mencari informasi terkait Pak Tjip, saya terus terang berpikir keras bagaimana beliau  dapat menghasilkan ribuan artikel dengan jumlah pembaca jutaan dan dapat meraih Kompasiana of the Year.  Demikian Juga Bu Ros yang dapat menghasilkan ratusan artikel.
Saya memang sudah terbiasa menulis artikel ilmiah karena tuntutan profesi dan menyadari sekali bahwa menulis itu perlu komitmen, kemampuan dan  pengalaman yang luar biasa. Banyak orang yang memiliki pengalaman hidup yang luar biasa namun kesulitan menuangkannya dalam tulisan.
Kiprah Pak Tjip dan Bu Ros di Kompasiana memang fenomenal dan tingkat kesetiaannya sangat tinggi pada  Kompasiana.
Dari hasil analisis dan catatan, saya melihat cukup banyak penulis di kompasiana setelah mendapatkan penghargaan dari Kompasiana hilang bak di telan bumi. Â Sebaliknya banyak juga penulis di Kompasiana yang hengkang mencari platform lain ketika kurang mendapat tempat di Kompasiana.