Peristiwa ini bermula ketika para mahasiswa tahun ketiga computer sciences mengakhiri tahun akademiknya. Namun tidak disangka mereka menerima email dari salah seorang class convenor yang pada intinya memutuskan untuk mengurangi nilai sebanyak 30 poin untuk tugas akhir dari nilai yang telah diperoleh mahasiswa.
Hukuman ini menurut class convenor diambil atas dasar adanya dugaan kecurangan masif yang dilakukan oleh mahasiswa, meskipun sebenarnya belum dapat ditelusuri mahasiswa mana saja yang melakukannya.
Tidak hanya sampai di situ, keresahan dan kemarahan mahasiswa semakin menjadi ketika class convenor tersebut menyatakan agar mahasiswa tidak memprotes keputusannya dan menyarankan untuk melakukan protes kepada rekan mahasiswanya yang menyebabkan skandal ini terjadi.
Jika dianalisis lebih lanjut maka keputusan pengurangan nilai tugas inilah yang memicu protes luas di media sosial karena telah menjadikan mahasiswa resah dan frustasi.
Pada intinya mahasiswa seharusnya dapat menyelesaikan studinya dengan suasana gembira tapi karena pengurangan nilai ini akhirnya menjadi berita heboh yang melanda salah satu perguruan tinggi terbaik di Australia dan dunia ini.
Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh pihak universitas memang menunjukkan adanya keanehan dalam penyebaran nilai di mana tidak seperti yang terjadi pada tahun tahun sebelumnya. Namun pihak universitas sampai saat ini masih belum dapat memastikan apakah terjadi tindakan plagiat pada salah satu tugas yang diberikan kepada 300 mahasiswa tersebut yang membuat sebaran nilai tidak seperti biasanya.
Untuk mengantisipasi semakin memanasnya keadaan, Direktur Computer Sciences Prof. Tony Hosking secara resmi telah meminta maaf kepada mahasiswa dan menyatakan bahwa pinalti yang telah diumumkan oleh class convenor sebelumnya dinyatakan tidak berlaku sekaligus meminta maaf atas segala kebingungan dan kehebohan yang telah ditimbulkan.
Pihak universitas menyayangkan bahwa keputusan untuk memberikan hukuman pada mahasiswa secara massal karena adanya dugaan plagiat belum didasarkan oleh bukti yang kuat.
Kalaupun ada anomali sebaran nilai jika dibandingkan dengan sebaran nilai tahun tahun sebelumnya, maka dapat dilakukan normalisasi nilai sehingga nilai yang diberikan pada setiap mahasiswa akan lebih adil.
Sebagai tindakan nyata, pihak universitas mengembalikan nilai sebagaimana yang telah diperoleh oleh mahasiswa sebelum dikenakan pengurangan.
Kejadian ini memang menarik karena terjadi di universitas ternama dan dapat dipandang sebagai tindakan kesewenang-wenangan class convenor terhadap mahasiswanya.