Iran kembali meradang setelah sebelumnya di bulan Januari lalu Trump mengakui secara terbuka bahwa pihak intelejen Amerika berperan dalam terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani komandan garda nasional  the Iranian Revolutionary Guards' Quds force.
Pembunuhan Jenderal  kesayangan Iran ketika berada di wilayah Irak  ini membuat Pimpinan Iran meradang dan melakukan pembalasan dengan menyerang camp militer Amerika yang berbasis di Irak.Â
Sementara tindakan Trump dikecam parlemen karena dianggap tidak saja mengganggu stabilitas kawasan yang sedang bergejolak namun juga membahayakan keselamatan warga dan personel militer Amerika.
Kini operasi senyap kembali terjadi hari Jumat lalu dengan memakan korban jiwa ilmuwan utama nuklir Iran yang sangat berperan dalam program nuklir Iran. Tidak tanggung tanggung pembunuhan ini terjadi di wilayah pinggiran kota Taheran yang tentunya mencoreng harkat dan martabat Iran.
Sekelompok orang berhasil menghadang dan menyerang mobil yang sedang membawa Mohsen Fakhrizadeh yang juga merupakan pimpinan kementerian riset dan inovasi Iran ketika melintas di jalan di wilayah Absard dipinggiran kota Taheran
Ahli nuklir Iran ini memang selaku dijaga oleh bodyguard nya namun baku tembah antara kelompok penyerang dan bodyguard ini menyebabkan ahli nuklir Iran ini mengalami luka berat dan langsung dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong.
Serangan ini diduga melibatkan beberapa  penyerang reaksi cepat  yang memang mentargetkan kematian Mohsen Fakhrizadeh.  Seusai baku tembak ada korban jiwa dari pihak penyerang sebanyak 4 orang.
Hanya operasi  intelejen yang sangat luar biasa saja yang dapat melakukan hal ini karena serangan dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran serta dilakukan dalam waktu sesingkat singkatnya dan dilakukan di jantung suatu negara.Â
Dalam sejarahnya dan juga mempelajari pola pergerakan dan serangan yang tiba tiba dan melakukannya di tempat yang sistem pertahanannya cukup kuat, hanya dua negara yang biasanya memiliki kemampuan dan menerapkan praktek intelejen seperti ini yaitu Amerika dan Israel.
Memang tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yaitu kelompok anti pemerintah yang melakukannya, namun melihat target dan cepatnya serangan pihak anti pemerintah ini dapat diabaikan karena tidak memiliki kemampuan melakukannya.