Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Sentimen yang Akan Menyelamatkan Trump

2 November 2020   09:12 Diperbarui: 2 November 2020   09:34 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trump vs Biden. Ilustrasi: NBC News

Pilpres Amerika sudah sampai pada tahapan akhir dan nasib Presiden Trump akan ditentukan pada hasil perhitungan suara yang akan dilaksanakan pada hari Selasa mendatang waktu Amerika.

Seperti halnya pada pilpres sebelumnya saat itu  hanya segelintir kalangan yang yakin bahwa Trump akan menjadi kembali  presiden, sabaliknya hampir semua media mainstream dengan berbagai pooling yang dilakukannya  memprediksi bahwa Trump akan dengan mudah dikalahkan oleh Hillary Clinton.

Namun apa yang terjadi, ketika dilakukan perhitungan suara hampr semua orang juga terkejut melihat hasilnya bahwa Trump memenangkan pilpres tersebut.

Kondisi yang dihadapi oleh Trump saat ini juga hampir sama, karena Trump kembali diperkirakan akan dapat dikalahkan dengan mudah oleh Joe Biden. Berbagai hasil pooling pun bertebaran yang pada intinya menyajikan angka keterpurukan Trump dibandingkan dengan Joe Biden.

Potret buruk popularitas Trump pada pilpres kali inipun tidak jauh berbeda dengan potret popularitasnya di tahun 2016 lalu.  Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apakah potret ini menggambarkan keadaan yang sebenarnya?

Amerika memang berbeda dengan negara lain dalam hal preferensi pemilihnya.  Jika di negara berkembang pilihan pada umumnya didasarkan oleh popularitas saja tanpa melihat kualitas kandidat, maka secara tradisional pemilih di Amerika dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok loyalis Parati Republik dan juga kelompok yang lebih menekankan pada kebjiakan politik yang lebih menguntungkan bagi mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sentimen "white supremasi" yang dalam pilpres kali ini masih sangat kental.  Dalam hal ini Trump terbukti dapat mengkapitalisasi isu ini dengan mengeluarkan slogan "Make Amerika great Again". Isu ini sangat krusial karena menyangkut berbagai isu termasuk politik luar negeri, kebijakan imigrasi, ekonomi dllnya.

Sentimen "white spremasi" memang sempat  tenggelam pada periode beberapa presiden sebelumnya yang berakibat  reputasi Amerika di dunia internasional memudar.

Presiden presiden sebelumnya bukan tidak sadar akan kekuatan "white supremacy" ini namun walaupun menyadarinya tidak berani secara terbuka melanggar tradisi race equality politic.

Dalam situasi seperti inilah slogan Trump "Make America Great again" sangat mengena di kelompok grass root yang menginginkan Amerika bangkit kembali dan mengangap keberadaan imigran melemahkan Amerika.

Langkah yang diambil Trump segera setelah  menjadi presiden adalah merombak total kebijakan presiden sebelumnya yang merugikan Amerika seperti misalnya membangun tembok diperbatasan dengan negara amerika lain untuk menghalau imigran illegal, merobak kebijakan imigrasi serta mengambil langkah menekan  laju dominasi ekonomi dan teknologi Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun