Peluncuran Vaksin Sputnik V untuk mengatasi Covid 19 yang diumumkan secara langsung oleh Vladimir Putin memang membuat dunia tercengang dengan kecepatan Rusia menemukan vaksin korona ini.
Jika Vaksin Sputnik V memang nantinya terbukti efektif untuk mengatasi Covid-19 maka  akan menjungkirbalikkan pandangan yang selama ini menyatakan bahwa pusat kemajuan pengembangan ilmu kesehatan ada di dunia barat (Amerika dan Eropa).
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dunia barat selama ini memegang  kunci perdagangan obat obatan dan vaksin yang beredar di dunia ini sekaligus memonopolinya.
Munculnya Rusia sebagai "pemenang sementara" dalam perlombaan pengembangan vaksin ini memang sangat mengejutkan ilmuwan  dunia barat yang sudah berusaha keras mengerahkan segala sumberdaya nya untuk menjadi negara terdepan dalam penghasilkan vaksin untuk pengatasi Covid-19.
Pernyataan Putin terkait peluncuran vaksin ini memang menyentak negara barat dan Amerika sekaligus  mengundang  kritikan pedas bahwa Rusia terlalu ceroboh dalam mengumumkan vaksin anti korona ini karena menurut para ilmuwan negara barat, perbuatan vaksin ini mengesampingkan fase 3  uji  klinis yang wajib dilakukan dalam menghasilkan vaksin.
Bahkan pemberian nama vaksin dengan Sputnik V itupun dituduh oleh para ilmuwan barat sebagai upaya membangkitkan kejayaan kembali Rusia ketika berhasil penguasai teknologi luar angkasa dengan di era perang dingin dengan menghasilkan mahakarya teknologi pesawat luar angkasa yang dinamakan Sputnik.
Perlu diketahui bahwa  fase ujicoba klinis yang wajib dilalui oleh sebuah produk vaksin adalah uji klinis fase satu, dua dan tiga,
Pada uji klinis fase 1 biasanya dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan untuk menentukan apakah kandidat vaksin menimbulkan antibodi dan juga menentukan apakah antibodi tersebut dapat memberikan perlindungan serta untuk menentukan seberapa besar dosis yang diperlukan agar dapat  menimbulkan antibodi.
Pada Fase 2 uji klinis dilakukan pada orang untuk menentukan apakah fenomena kekebalan yang ditimbulkan pada uji klinis fase pertama juga ditemukan pada manusia.
Apabila hasil uji klinis fase 2 ada indikasi antibodi yang ditimbulkan pada manusia dan memberikan perlindungan terhadap virus target, maka  di fase 3 uji klinis akan dilakukan ujicoba  dalam skala besar untuk melakukan konfirmasi hasilnya.
Jika menunjukkan  hasil yang positif, maka ujicoba klinis akan memasuki fase keempat untuk menentukan dosis yang tepat dan untuk mengetahui efek sampingnya.