Kendala bahasa iniah membuat awal kapal bingung dan frusttasi karena tidak mengerti apa yang diperintahkan.
Juga masih menurut cerita awak kapal yang selamat, mereka makan hanya dengan menu umpan ikan dan minum air destilasi air laut yang buruk kualitasnya , sementara kapten kapal minum air mineral.
Derita kedua pemuda ini sampai menemui ajalnya juga dirasakan oleh keluarga, karena sejak pamit meninggalkan kampung halaman untuk bekerja di kapal penangkap ikan sekitar setahun yang lalu pihak keluarga tidak pernah menerima kabar lagi sampai akhirnya mendapat kabar buruk anaknya sudah meninggal dunia dan jenasahnya dibuang ke laut.
Kenangan dan pengalaman buruk ini terus mengantui keluarga bukan sebaliknya kenangan indah yang diimpikan oleh kedua pemuda ini berupa perubahan nasib dan perekonomian keluarga.
Perusahan pengerah tenaga kerja yang merekrut kedua pemuda ini menjanjikan uang kompensasi sebesar Rp. 250 juta, namun pihak keluarga tentunya ingin jawaban yang lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi pada anggota keluarganya yang kini telah tiada.
Kematian kedua pemuda dengan cara tragis ini memang telah menjadi pembiracaan pemerintah Indonesia dan Tiongkok terkait perbudakan yang terjadi di kapal penangkap ikan milik Tiongkok ini.
Paling tidak kematian tragis kedua pemuda ini memberikan pelajaran yang luar biasa bahwa ucapan dan janji pencari kerja tidak selamanya benar dan banyak kejadian sebaliknya, janji manis ini seringkali berujung bencana.
Kejadian tragis yang menimpa tenaga kerja Indonesia dengan tingkat keterampilan rendah sudah sering kali terjadi dan dalam beberapa kasus justru pekerja yang berada dalam posisi lemah dan menerima apa adanya.
Semoga kejadian horor di kapal Long Xing 629 segera mendapat kejelasan dan  memberikan hukuman yang setimpak bagi pihak pihak yang bertanggungjawab mempraktekkan perbudakan modern yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI