Malaysia kembali menarik perhatian dunia karena dalam hari Kamis mendatang akan menentukan siapa yang menjadi Yang di-Pertuan Agong dari 9 Sultan yang ada setelah sebelumnya Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V secara mendadak mengundurkan diri sebelum masa kekuasaannya berakhir.
Muhammad V yang berasal dari Kelantan ini dianggap oleh banyak kalangan telah membuat sejarah baru dengan memberikan pengampunan kepada  Anwar Ibrahim yang dipenjarakan atas tuduhan melakukan sodomi.
Jika semuanya berjalan dengan lancar maka pada tanggal 31 January mendatang Yang di-Pertuan Agong baru akan dinobatkan dengan masa kekuasaaan selama 5 tahun mendatang.
Monarki di tengah Federal
Keberadaan Yang di-Pertuan Agong yang sejalan dengan pemerintahan federal Malaysia memang unik dan menarik perhatian tersendiri.
Ketika Malaysia mendapatkan kemerdekaan dari pemerintah Inggris pada tahun 1957 lalu keberadaan sistem sesultanan ini masih dipertahankan.
Keberadaan "King of the king" ini bukan hanya sekedar simbol tradisi saja namun dalam masa kekuasaannya Yang di-Pertuan Agong posisinya adalah kepala negara sekaligus kepala angkatan bersenjata.
Ketika Inggris melakukan kolonialisasinya di tanah Malay pada tahun 1874 kesultanan yang ada saat itu tidak dihancurkan, namun digandeng karena dinilai efektif dan dapat berjalan bersamaan dengan sistem kolonial.
Dari catatan sejarah yang ada sultan yang diangkat menjadi  Yang di-Pertuan Agong pertama adalah Tuanku Abdul Rahman dari Negeri Sembilan yang mendapatkan pendidikan hukumnya di Inggris.
Penentuan Yang Unik
Sistem penentuan Yang di-Pertuan Agong tergolong unik karena selama 60 tahun terakhir ini  menggunakan sistem rotasi.