Saat ini salah satu diet yang banyak pengikutnya adalah diet Keto, yaitu diet  yang pada intinya melakukan pembatasan  dalam mengkonsumsi karbohidrat dan sebagai gantinya  mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak tinggi seperti mentega, minyak, daging, ikan, telur keju yang dikombinasikan dengan sayur rendah karbohodrat seperti sayuran hijau dan kembang kol dalam jumlah terbatas.
Biasanya pengikut diet Keto ini  mempertahankan status ketosis di dalam tubuhnya dengan cara  melakukan pembatasan konsumsi  karbohodrat  sampai batas hanya sekitar 50 g saja per harinya. Dengan asupan seperti ini tubuh kita dipaksa untuk membakar lemak sebagai sumber energi dibanding dengan membakar glukosa.
Di samping itu pengikut diet Keto ini membatasi asupan protein hariannya mengingat bahan makanan mengandung protein dapat dikonversi menjadi glukosa. Bahkan banyak diantaranya juga membatasi asupan buah buahan.
Diet Keto ini memang sudah lama menjadi perdebatan terkait manfaat dan pengaruhnya bagi kesehatan.  Bagi pengikutnya diet Keto diklaim sangat bermanfaat karena dapat menghilangkan rasa lapar dalam jangka waktu lebih lama, menghentikan penggunaan obat rutin  tertentu yang dikonsumsi seperti misalnya obat ashma.
Namun di lain pihak pakar gizi dan kesehatan berpendapat bahwa diet Keto tidak memenuhi persyaratan patokan gizi sehat dan seimbang. Â Diet Keto cenderung mengkonsumsi rendah serat, mengkonsumsi lemak jenuh dan daging merah.
Diet Keto biasanya membatasi asupan buah, sayuran, biji bijan, dan leguminosa yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.  Oleh sebab itu pembatasan bahan makanan ini menyebabkan tubuh akan kekurangan serat, vitamin, mineral dan phytochemical yang dalam jangka panjang akan berpengaruh negative pada kesehatan.
Sejarah panjang
Jika dilihat dari sejarahnya diet Keto memang bukanlah sesuatu yang baru namun sudah dikenal di tahun 1911. Â Ketika itu anak yang menderita epilepsi jika dipuasakan selama 2 hari akan mengurangi frekuensi kejang.
Pada saat puasa tubuh memang dipaksa masuk dalam fase ketosis.  Saat itu para pakar kesehatan berpendapat  bahwa selain puasa  fase ketosis dapat dicapai dengan cara mengurangi konsumsi karbohidrat, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi.
Penerapan  diet Keto selanjutnya dikembangkan untuk  kasus penyakit lainnya seperti misalnya pada pasien penderita Diabetes Tipe 2, namun sampai saat ini kesimpulan umum terkait manfaat diet ini dalam pengobatan Diabetes 2 belumlah  komprehensif.
Hal yang sama juga terjadi pada kasus pemulihan penderita kanker, dimana pengaruh positif diet Keto ini belumlah disepakati sepenuhnya oleh pakar kesehatan.