Keberhasilan pertemuan pendahulan antara kedua pimpinan Korea ini memang sangat kental dengan diplomasi kekekuargaan khas Asia dimana faktor non politik seperti budaya,  sikap dll sangat berperan dalam keberhasilan  pertemuan ini.
Hal ini terbukti sudah 11 presiden Amerika gagal melakukan perundingan dengan pimpinan Korea Utara ini karena perbedaan gaya diplomasi.  Bahkan di era Presiden  George W Bush Korea Utara dinyatakan sebagai "axis of evil".
Gaya diplomasi Amerika seperti inilah yang kembali menggagalkan upaya Presiden Clinton di era 1993-2001 untuk mendekari Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya.
Langkah yang dilakukan Kim Jon Un untuk membongkar fasilitas pengembangan senjata nuklirnya setelah pertemuannya dengan pimpinan Korea Selatan memang memberikan angin segar akan keberhasilan persemuan yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 Juni mentatang.
Bahkan presiden Trump menyatakan secara terbuka jika pertemuan ini berhasil maka Amerika Serikat dan dunia akan membangun perekonomian Korea Utara melebihi capaian pembangunan ekonomi Korea Selatan saat ini. Â Bahkan Presiden Trump akan mengundang Kon Jon Un untuk melakukan pertemuan lanjutan di Gedung Putih.
Walaupun dunia memandang Kom Jon Un dan Donald Trump sebagai pimpinan eksentrik yang menguncang dunia, namun jika pertemuan kedua pemimpin ini berhasil menyelsaikan  perbedaan mendasarnya, maka bukan tidak mungkin dunia akan menyatakan bahwa justru perdamaian tercipta dari gaya  pimpinan yang eksentrik dimana  pimpinan biasa tidak akan pernah dapat mewujudkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H