Kekhawatiran akan anak anaknya yang akan menderita albino jika kelak menikah nantinya  membuat sebagian penduduk desa ini memilih tidak menikah.
Sebenarnya jika orang albino menikah dengan orang normal bukan carrier albino dapat dipastikan semua anak anaknya normal walaupun secara genetik anak anaknya ini  memang akan menjadi carrier albino.  Namun memang benar  jika seorang albino menikah dengan orang yang carrier akan meningkatkan peluang keluarga ini memiliki anak  albino. Jika orang albino menikah dengan orang albino maka dapat dipastikan anak anaknya semuanya akan albino seperti kedua orangtuanya.
Kejadian albino dalam dunia ilmu pengetahuan memang sudah lama diungkap baik keberadaannya maupun mekanisme pemunculan sifat ini. Orang yang memiliki penampilan albino tidak memiliki pigmen melanin, sehingga sebagian besar bagian tubuhnya berwarna putih sampai pink.
Dalam ilmu genetika albino seringkali digolongkan debagai kejadian detrimental yang berarti tidak menyebabkan kematian namun menurunkan kualitas hidup orang yang memiliki sifat ini.
Penduduk desa Ciburuy yang albino dalam melakukan aktivitas kesehariannya di luar rumah memang seringkali menutupi sebagian besar bagian tubunya dengan pakaian karena kulitnya sangat sensitif terhadap sinar matahari.  Demikian juga penduduk albino kerap menggunakan kacamata hitam jika keluar rumah karena penglihatannya sangat sensitif  terhadap intensitas sinar matahari.
Semoga kisah tentang albino di Desa Ciburuy ini menyadarkan kita semua bahwa albino merupakan fenomena genetik semata,  sehingga  tidak mempresepsikan bahwa orang albino berbeda dengan kita semauanya.
Kita semua adalah manusia ciptaan Ilahi yang sengaja diciptakan dan dilahirkan di dunia dalam keragaman agar dapat saling mengenal sekaligus mengagumi kebesaran illahi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H