Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Kemanusiaan Rohingya

14 Desember 2017   21:44 Diperbarui: 15 Desember 2017   06:29 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diantara korban jiwa adalah anak usia di bawah lima tahun. Sumber: BBC

Dalam kurun 6 bulan terakhir ini berita di media massa didominasi oleh eksodusnya Rohingya dari wilayah Myanmar ke wilayah Banglades. Dunia internasional mendekati kesepakatan untuk menyimpulkan bahwa kejadian tragis ini tergolong sebagai  kejahatan terhadap kemanusiaan dan termasuk sebagai tindakan  pembersihan etnis.

Eksodus pengungsi Rohingya mulai terjadi ketika operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar dimulai pada  tanggal 25 Agustus 2017 lalu sebagai pembalasan atas serangan  militan Rohingya yang bernama ARSA  terhadap  30 pos polisi.

Jumlah korban jiwa terkait kejadian yang luar biasa ini memang masih simpang siur.  Secara resmi pemerintah Myanmar menyebut jumlah korban jiwa sebanyak 400 orang yang sebagian besar korban jiwanya disebut sebagai ekstrimis ARSA,  namun dunia internasional menyangsikan jumlah ini mengingat besarnya jumlah pengungsi yang  menyelamatkan diri ke Banglades yang mencapai jumalh 647.000 orang.

Kelompok donor yang membantu pengungsi menyatakan bahwa  paling tidak ada sekitar 9000 korban jiwa ketika terjadi konflik antara tanggal 25 Agustus sampai tanggal 24 September 2017 lalu.

Berdasarkan penelitian melalui wawancara langsung terhadap korban yang masih hidup dan keluarga yang dilakukan oleh  Medecins Sans Frontieres (MSF)    korban jiwa pada kurun  waktu pecahnya konflik pada bulan Agustus 2017 mencapai angka 6.700 jiwa termasuk di dalamnya 730 anak dibawah usia 5 tahun.  Jumlah korban yang dikeluarkan oleh  MSF ini dianggap sebagai angka korservatif dan lebih akurat.

Survey yang dilakukan oleh Medecins Sans Frontieres (MSF) menyebutkan jumlah korban jiwa yang tinggi ini mencerminkan betapa luasnya konflik yang terjadi mengingat jumlah pengungsi yang melakukan eksodus dalam konflik ini mencapai 647,000 orang sejak  bulan agustus 2017 lalu.

Kasus terburuk yang memakan korban jiwa terbanyak terjadi ketika terjadi pembantaian di desa Tula Toli.

Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh MSF ini menyimpulkan bahwa operasi militer yang dilakukan sangat brutal sehingga memenuhi persyaratan untuk diajukan kasusnya ke International Criminal Court (ICC) sebagai kejahatan terhadap kemunusiaan.

Hasil penyelidikan yang dilakukan MSF merinci penyebab kematian 6.700 korban ini yaitu:

  • 69,4% ditembak
  • 8.8 % terbakar bersama rumahnya
  • 5% dipukuli
  • 2,6% dibunuh setelah diperkosa
  • 1 % akibat ranjau
  • 0.4 % tidak diketahu penyebabknya
  • 0.3 % diculik dan hilang
  • 0,2 % digorok lehernya
  • 12.3 % penyebab lain nya.

Diantara jumlah korban jiwa  anak anak yang umurnya di bawah 5 tahun yang jumlahnya mencapai 730 anak, 59 % diantaranya akibat ditembak, 15% dibakar  sampai mati, 7% dipukuli sampai  mati dan 2 % akibat meledaknya ranjau.

Pihak MSF menyatakan jumlah korban jiwa sebanyak 6.700 orang ini kemungkinan  lebih sedikit dari jumlah korban jiwa yang sebenarnya karena penyelidikan ini tidak memasukkan jumlah keluarga yang tidak mencapai Banglades dalam pelariannya.  Disamping itu sampai dengan saat ini masih terus terjadi arus pengungsi menuju Banglades..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun