Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tergerusnya Budaya Meminta Maaf dan Malu

15 Oktober 2017   08:35 Diperbarui: 15 Oktober 2017   10:20 4208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpinan Kobe Steel ketika meminta maaf dan mengungkapkan rasa penyesalannya. Photo: ww.mcclatchy-wires.com

Ada dua kasus yang menarik untuk disandingkan walaupun terjadi di dua negara yang berbeda, yaitu kasus beras premium yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu yang kasusnya masih dalam penanganan pihak berwenang dan kasus Kobe Steel yang  saat ini tidak hanya menghebohkan Jepang saja namun juga dunia.

Ketika kasus beras premium pertama kali diungkap oleh pihak berwenang dalam hitungan hari saja, pihak terkait memberikan jumpa press oleh pihak perusahaan dan cenderung menyanggah temuan yang dilakukan oleh pihak berwenang ini. Namun setelah pihak berwenang menetapkan beberapa tersangka termasuk petinggi perusahaan yang terlibat kasus beras premium ini dan kemungkinan akan menetapkan tersangka baru, akhirnya komisaris perusahaan ini meminta maaf.

Sebaliknya dalam kasus Kobe Steel yang saat ini menjadi berita hangat dunia yang menyangkut "manipulasi" spesifikasi kualitas baja. Hal pertama yang dilakukan oleh pihak Kobe Steel adalah menurunkan langsung pimpinan tertinggi perusahaan untuk menjelaskan permasalahan yang mendera perusahaan tersebut.

Sebelum menjelaskan permasalahan yang terjadi hal pertama yang dilakukan oleh "big boss" perusahaan ini adalah langsung meminta maaf dan berjanji akan menyelesaikan kasus yang menimpa perusahaannya dengan transparan  dan tuntas. Permintaan maaf ini diekspresikan dengan tindakan khas Jepang yaitu membungkuk sebagai ekspresi penyesalan yang mendalam.

Pimpinan Kobe Steel ketika meminta maaf dan mengungkapkan rasa penyesalannya. Photo: ww.mcclatchy-wires.com
Pimpinan Kobe Steel ketika meminta maaf dan mengungkapkan rasa penyesalannya. Photo: ww.mcclatchy-wires.com
Perbedaan permintaan maaf dari kedua kejadian ini memang sangat menarik untuk dibandingkan. Pada kasus pertama permintaan maaf muncul setelah pihak berwewang melakukan penyelidikan dan menetapkan tersangka, sedangkan pada kasus kedua permintaan maaf langsung dikeluarkan walaupun kasus Kobe steel masih dalam proses penyelidikan yang didasari oleh rasa malu.

Kedua kasus ini memiliki kesamaan yaitu menyangkut hidup orang banyak dan merugikan serta berdampak luas. Pada kasus beras premium menyangkut banyak orang yang karena ketidaktahuannya terkena dampak kasus ini.

Pada kasus Kobe steel yang diperkirakan terjadi sudah puluhan tahun menyangkut lebih dari 500 perusahaan baik otomotif, militer maupun otomatif tingkat tinggi yaitu industri pesawat terbang. Pemalsuan spesifikasi produksi baja perusahaan ini dikhawatirkan menyangkut keselamatan orang banyak.

Menteri pertahanan Jepang langsung turun tangan dalam kasus ini karena menyangkut keamanan peralatan militer yang kemungkinan terpengaruh karena adanya kasus ini.

Sangat sulit dihindari kesan yang berkembang bahwa pada kasus pertama permintaan maaf baru muncul setelah adanya proses hukum, sedangkan kasus kedua permintaan maaf didasari atas rasa "malu" atas terjadinya kasus yang melanda perusahaannya.

Saya masih ingat ketika seorang ibu di Australia mengungkapkan bahwa dirinya lebih khawatir dan malu jika anaknya yang masih ada di primary school tidak dapat antri dengan baik jika dibandingkan dengan tidak bisa menyelesaikan soal matematika.

Maaf dan malu memang sangat terkait dengan budaya yang mengakar di dalam suatu masyarakat. Sayangnya budaya meminta maaf dan malu ini tampaknya sudah mulai tergerus dengan pekembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun