Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Taxidermy: Seni dan Teknik Mengawetkan Binatang

18 Maret 2017   10:33 Diperbarui: 18 Maret 2017   20:00 6605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya taxidermy yang dipadu dengan karya seni. Photo: i.imgur.com

Bagi sebagian pencinta binatang,  kematian binatang kesayangannya akan menimbulkan rasa  kesedihan dan kehilangan yang luar biasa.  Mereka menginginkan dapat selalu mengenang dan bersama binatang kesayangannya.

Disamping pencinta binatang, para ilmuwan juga memerlukan teknik mengawetkan binatang ini  untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Taxidermy menyangkut teknik dan seni mengawetkan binatang.  Taxidermy erat sekali dengan seni karena binatang yang diawetkan harus menghasilkan binatang awetan yang mendekati keadaan sebagaimana ketika binatang tersebut masih hidup.

Taxidermy membuat binatang yang sudah mati seolah hidup kembali. Photo: s-media-cache-ak0.pinimg.com
Taxidermy membuat binatang yang sudah mati seolah hidup kembali. Photo: s-media-cache-ak0.pinimg.com
Karya taxidermy yang dipadu dengan karya seni. Photo: i.imgur.com
Karya taxidermy yang dipadu dengan karya seni. Photo: i.imgur.com
Taxidermy berasal dari dua kata Yunani, yaitu taxis yang berarti pergerakan dan derma yang berarti kulit. Jadi pada intinya taxidermy berarti teknik mengawetkan kulit asli binatang dan membangun kembali tubuh binatang dengan bahan buatan.

Saat ini dengan semakin berkembangnya taxidermy, sudah dipadukan dengan berbagai karya seni lainnya seperti kerajinan kayu, melukis dll.  Sebagai contoh Taxidermy kepala kijang bahan yang asli hanya kulit dan tanduknya saja, sedangkan bahan lainnya terbuat dari bahan buatan.

Taxidermy pada dasarnya dimulai dengan memisahkan kulit binatang yang sudah mati secara hati hati dari tubuh, sedangkan  bagian daging yang melekat pada kulit dihilangkan. Selanjutnya kulit diawetkan dengan bahan tertentu yang tidak merusak penampilan luar binatang tersebut.

Setelah kulit diawetkan tubuh binatang kembali dibangun dan dikembalikan seperti aslinya dengan menggunakan busa, kapas, kawat.  

Pengawetan tahap kedua dilakukan kembali setelah binatang dibentuk menyerupai bentuk aslinya.

Setelah pengawetan tahap kedua ini bagian tubuh lainnya seperti pinggul dan bagian lainnya dibentuk kembali dengan menggunakan kawat. Mata asli binatang juga harus diganti dengan mata buatan yang terbentuk dari kaca.

Langkah  terakhir yang dilakukan dalam mengawetkan binatang ini adalah menjahit bagian yang terbuka tepat mengisi bahan bahan tambahan ke dalam tubuh.

Ditangan ahlinya binatang yang sudah mati ini disulap seloah hidup kembali sehingga membuat kagum orang yang melihatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun