Hampir semua orang pasti mengenal Air Force One, pesawat kepresidenan Amerika yang super canggih yang khusus diperuntukkan bagi alat transportasi sekaligus kantor presiden saat kunjungan ke manca negara. Pesawat kepresidenan ini diberi nama Air Force One karena merupakan bahasa panggilan yang digunakan oleh Air Traffic Controller bagi pesawat yang membawa panglima tertinggi Amerika. Kebiasaan penyebutan inilah yang membuat pesawat kepresidenan Amerika dikenal dunia sebagai Air Force One.
Kehebohan muncul ketika rencana penggantian Air Force One terjadi di era Presiden terpilih Trump. Apa sebenarnya yang membuat hal ini menjadi heboh ini?
Pesawat Air Force One yang ada saat ini masa baktinya memang sudah hampir mencapai usia pakai maksimal yaitu 30 tahun. Pesawat boeing 747 ini digunakan oleh para presiden Amerika sejak era presiden Reagan. Oleh sebab itu, memang pantas dan sudah waktunya diganti dengan pesawat yang baru.
Ada dua pesawat Air Force One yang digunakan saat ini. Kedua pesawat ini adalah pesawat Boeing tipe 747-200 yang dimodifikasi menjadi pesawat kepresidenan.
Namun kehebohan timbul ketika presiden Trump di twitternya menulis “We want Boeing to make a lot of money, but not that much money”. “More than US$4 billion. Cancel order!”
Reaksi keras Trump terhadap harga pesawat pengganti yang super mahal ini rupanya mengusik insting bisnisnya. Pesawat pengganti ini dianggap terlalu mahal, sehingga Trump mengatakan harga Air Force One pengganti ini di luar akal sehat. Jika angka yang dikutip oleh Trump mendekati harga kenyataan maka anggaran pengadaan pesawat Air Force One yang baru mencapai 4.000.000.000 x Rp 13.000 = Rp. 52.000.000.000.000,- (RP. 52 Trilyun).
Sontak saja reaksi keras Trump yang merencanakan untuk membatalkan kontrak pembelian Air Force One ini menggegerkan petinggi Pentagon dan juga pihak Boeing sebagai penyedia. Pihak Pentagon menyatakan bahwa anggaran pembaruan Air Force One ini adalah US$2,7 M sampai dengan tahun 2021 untuk mempersiapkan Air Force One pengganti ditambah dengan biaya pembangunan hangar pesawat yang mencapai US$378 juta.
Pesawat yang baru ini juga dapat melakukan pengisian bahan bakar di udara dan akan berfungsi sebagai pusat komando jika ada dalam situasi genting. Pesawat ini juga dilengkapi dengan ruang kesehatan lengkap dengan fasilitas operasi.
Sejak kampanye kelihatannya Trump sudah terusik dengan kontrak yang dilakukan oleh Pentagon dan Boeing ini dengan mengatakan bahwa kontrak tersebut hanya menghambur hamburkan uang rakyat saja dan penuh kepalsuan serta penuh manipulasi dalam penganggarannya.
Biaya Air Force One pengganti yang direncanakan akan siap pada tahun 2019 ini memang masih gelap dan simpang siur, apalagi setelah Trump mengancam akan membatalkan kontrak pembelian ini. Baik pihak Pentagon maupun Boeing mengatakan bahwa harga Air Force One dapat saja di bawah harga yang dikritik oleh Trump.
Perhatian dan kegeraman Trump terkait dengan tingginya anggaran pembelian pesawat dan helicopter untuk mendukung keamanan presiden Amerika memang cukup beralasan. Tahun lalu saja melalui kontraknya dengan Pentagon untuk pengadaan pesawat pengintai, pesawat pembom, helicopter dan sistem lainnya, Boeing meraup US$19 milyar yang merupakan 20% dari total penerimaan Boeing pada tahun tersebut.
Dari berbagai gerakan dan langkah awal yang dilakukan oleh Trump dalam memperbaiki ekonomi, para analis menyatakan bahwa kini Trump sudah mulai menerapkan pendekatan "carrot and stick" dalam sektor manufaktur seperti juga misalnya pada perusahaan Apple. Diduga keberanian Trump dalam masuk dan mengusik hal yang selama ini tabu untuk disentuh inilah yang merupakan salah satu kelebihan yang membuat Trump terpilih sebagai presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H