Pada kenyataannya hasil suatu survei dapat saja reliabilitasnya tinggi namun sekaligus validitasnya rendah. Kondisi seperti ini terjadi jika banyak pertanyaan yang salah dipertanyakan berkali kali pada responden, sehingga menghasilkan penyimpangan hasil yang sistematis.
Disamping itu jika hasil suatu survei memiliki keragaman tinggi, maka kemungkinan survei tersebut valid namun tidak reliabel. Oleh sebab itu,  hasil suatu lembaga survei yang dapat dipercaya harus menuhi  kreteria reliabilitas dan validitas.Â
Jadi akurasi survei elektabilitas pasangan peserta pemilu tidak hanya ditentukan oleh ukuran sampel yang diambil dan juga margin error semata yang sering didengungkan oleh lembaga survei, namun sangat tergantung pada metodologi yang digunakan dalam penentuan populasi mana yang akan disurvei, kriteria skrening  dan juga cara memformulasikan pertanyaan yang diajukan.
Hal yang perlu diingat adalah memprediksi masa depan itu merupakan sesuatu yang sulit dilakukan kecuali dengan menggunakan metode yang tepat. Disamping itu dalam melakukan survei, lembaga survei seringkali menghadapi kendala menghubungi respondan yang representatif.
Kebanyakan responden enggan dilibatkan dalam suatu survei baik yang dilakukan melalui telpon maupun wawancara langsung.  Dalam situasi seperti ini lembaga survey tentunya  tidak akan mendapatkan sampel yang representatif  sehingga mempengaruhi validitas dan reliabilitas hasil surveinya.
Dalam era pemilu seperti saat ini moralitas dan reputasi suatu lembaga survei akan dipertaruhkan. Â Vonis apakah suatu lembaga survei dapat dipercaya akan ditentukan saat hasil pemilu dikeluarkan secara resmi.
Rujukan :satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H