Diet paleo  atau yang dikenal juga caveman diet pada intinya menganjurkan pengikutnya untuk mengkonsumsi lebih banyak buah-buahan, sayuran, daging dengan kandungan lemak rendah, kacang-kacangan dan telur saja sekaligus sama sekali tidak memperbolehkan mengkonsumsi palawija (biji-bijian), leguminosa dan juga produk susu dan hasil olahannya.
Data empiris memang menunjukkan bahwa wanita yang menjalani diet paleo  ini menunjukkan penurunan berat badan yang lebih nyata jika dibandingkan dengan standar diet lainnya.  Penurunan berat badan dapat mencapai 2 kg dalam kurun waktu 4 minggu.
Kelompok wanita yang menjalani diet standard ini diminta untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan buah buahan dan produk biji bijian, mengurangi konsumsi lemak serta mengkonsumis susu rendah lemak. Disamping itu kelompok wanita yang menjalani diet standar ini diminta untuk mengurangi konsumsi kue, biskut, minuman manis dan permen.
Penurunan berat badan yang dialami oleh wanita yang melakukan diet paleo ini utamanya disebabkan karena  konsumsi energi nya yang lebih sedikit dan juga rasio energy-protein yang lebih rendah.
Resiko jangka panjang
Diet Paleo  dalam jangka pendek memang menunjukkan penurunan berat badan bagi yang mejalaninya,  namun pertanyaan yang muncul adalah bagaimana efek jangka panjangnya, karena  adanya bahan makanan esensial bagi tubuh kita yang sama sekali tidak boleh dikonsumsi.
Dengan pertimbangan seperti ini, banyak ahli gizi yang mengingatkan bahwa dalam jangka panjang tidak memakan sama sekali bahan makanan yang esensil bagi tubuh kita akan menimbulkan buruk bagi tubuh kita.
Menurut ahli gizi diet paleo  secara nyata  mengurangi asupan kalsium karena tidak memperbolehkan mengkonsumsi produk susu dan olahannya yang tentunya akan berpengaruh pada kekuatan tulang, terutama pada wanita yang lebih tua. Disamping itu diet paleo  selain mengurangi asupan kalsium, diet ini secara signifikan mengurangi asupan vitamin yang diperlukan oleh tubuh seperti thiamine dan riboflavin.
Disamping itu diet paleo yang terkait dengan konsumsi protein tinggi ini dikhawatirkan akan dapat berdampak negatif  dalam jangka panjang, karena terkait dengan peningkatan gula darah dan resistensi insulin.