Pada tahun 1992 negara ini juga pernah dilanda kekeringan yang menyebabkan 3 juta penduduknya mengalami kelaparan dan negara ini meminta bantuan internasional senilai $ 2,25 juta dalam bentuk bahan makanan.
Para pendukung Mugabe menyatakan bahwa uang yang dihabiskan dalam pesta ulang tahun Mugabe bukanlah isu penting mengingat kontribusi presiden Mugabe terhadap sejarah dan perkembangan Negara Zimbabwe.
Memang sangat ironis di tengah-tengah kondisi yang sangat memprihatinkan di mana 90% dari penduduk Zimbabwe berada dalam kemiskinan sebagai dampak dari kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Mugabe dan juga gaya hidup mewahnya selama ini.
Pernah beberapa tahun yang lalu, pada acara peringatan kemerdekaan Zimbabwe, Presiden Mugabe membacakan teks pidato yang sama persis dengan teks pidato yang dibacakan di temapat yang sama sekitar 10 tahun yang lalu tanpa diketahui oleh Mugabe.
[caption caption="Mugabe pada tahun 1978. Foto:Â dancing.tdprofiti.com"]
[caption caption="Mugabe ketika jatuh saat upacara kenegaraan pada tahun 2015 lalu karena termakan usia. Foto: AP"]
Keberadaan orang-orang di lingkaran kekuasaan Mugabe memang sangat membutakan Mugabe, karena Mugabe tampaknya sengaja diisolasi dari rakyatnya dan kondisi sebenarnya yang melanda negaranya. Segala laporan yang diterima oleh Mugabe pastilah laporan yang sangat bagus dan membuat hatinya berbunga bunga atas segala pujian yang disampaikan oleh para pembantu dekatnya, semakin menyakinkan dirinya bahwa dia adalah Bapak Bangsa Zimbabwe.
Dalam sejarah Tiongkok, pernah seorang kaisar yang kekuasaan sangat besar dan dianggap sebagai pemersatu Tiongkok hanya menghadapi satu kendala yang tidak dapat dikuasainya, yaitu ajal. Para tabib istana saat itu menciptakan ramuan yang walaupun belum dapat dibuktikan secara pasti dianggap akan membuat kaisar immortal. Raja memaksa meminum ramuan tersebut secara rutin tanpa mengetahui bahwa ternyata merkuri terkandung di dalam ramuan tersebut. Hasilnya dapat ditebak, justru ramuan immortal tersebut yang membuat kaisar lebih cepat menemui ajalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H