Bagi masyarakat aborigin sebagai pemilik tradisional wilayah ini, kerbau merupakan sumber protein dan juga memiliki keterkaitan khusus dengan kerbau ini. Namun akhir-akhir ini pemerintah Northern Territory dan masyarakat sepakat untuk melakukan pembatasan populasi.
Kini kerbau liar dikendalikan populasinya. Photo: http://www.worldwidehunts.com.au
Â
Sebagai contoh di satu wilayah di Northern Territory ini  populasi kerbaunya nya mencapai 20.000 ekor disepakati pemusnahan sekitar 3.000-4.000 ekor per tahun. Pemusnahan kerbau liar ini biasanya dialkukan dengan memburunya menggunakan helikopter dan menembaknya. Pemusnahan ini biasanya dilakukan pada musim hujan agar kerbau yang sudah ditembak mati ini tubuhnya cepat membusuk dan tidak mengganggu alam.
Memang cukup irosis juga melihat kenyataan bahwa kerbau di wilayah Northern Territory Australia ini telah berubah menjadi hama, sementara di wilayah asalnya kerbau populasinya menurun drastis. Dalam kurun awatu 40 tahun terakhir populasi kerbau dunia menurun secara drastis. Wilayah utama kerbau rawa terkonsentrasi di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Kini populasi kerbau di Indonesia pun menurun tajam. Penurunan populasi kerbau ini terjadi secara drastis ketika mulai diperkenalkannnya mekanisasi pertania dengan menggunakan traktor. Sejak itu petani yang saat itu umumnya memelihara dan menggunakan tenaga kerbau untuk membajak sawah.
Pemikiran untuk mendatangkan kembali kerbau dari wilayah Northern Territory ke Indonesia memang masuk akal, namun mengingat tingginya biaya operasi penangkapan kerbau liar ini, tampaknya ide ini tidak realistis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H