Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal Prof George Quinn Sang Maestro Bahasa dan Budaya Jawa dari Australia

4 November 2014   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:42 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="Prof. George Quinn. Photo : www.bahasakita.com"][/caption]

………Beberapa tahun yang lalu majalah wanita Kartini memuat sebuah laporan "kisah nyata" yang berjudul "Mereka ingin menjadi jin." Pengantar laporan tersebut berbunyi demikian: Kesulitan hidup membuat keluarga Mulyono berpaling pikiran. Dua tahun belakangan ini suatu “kepercayaan” aneh merasuk ke dalam keluarga penduduk desa Sedangsari, Kecamatan Minggir, Sleman itu. Secara diam-diam mereka bersiap-siap untuk menjadi makhluk halus, atau jin. “Kami sudah bosan hidup di dunia yang serba kekurangan ini,” kata Mulyono (50 tahun) dan menantunya Priyoto (27 tahun).“Kami yakin kehidupan di dunia para jin jauh lebih indah daripada di dunia ini.” Untuk langkah selanjutnya, mereka kini tengah menunggu wangsit atau bisikan gaib. “Kalau mereka menyuruh kami bunuh diri, kami akan melaksanakan. Yang penting, kami bisa menjadi anggota masyarakat jin,” ujar mereka dengan mantap. (“Merekaingin ...”: 8)…….

Kutipan di atas merupakan salah satu paper ilmiah karya Prof. George Quinn yang berjudul Makhluk Siluman dan Budaya Uang dalam Novel Jawa Modern yang diterbitkan di Proseding Kesastraan Kongres Bahasa Jawa Ke-32001. Yogyakarta: Panitia Kongres Bahasa Jawa Ke-3 2001 & Penerbit Media Pressindo, 2001, halaman.337-349.

Prof. George Qunn yang sangat bersahaja ini merupakan pakar bahasa Indonesia, budayaJawa, dan studi islam ini memang sudah memasuki masa pensiunnya, akan tetapi saat ini beliau masih aktif memainkan perannnya sebagaiAdjunct Professor dan visiting Fellow di School of Culture, History & Language Australian National University College of Asia and the Pacific yang merupakan salah satu pusat studi tentang Indonesia yang terpopuler di Dunia.Kepopuleran kelompok peneliti disini lah yang merupakan salah satu faktor pengungkit Australian National University sebagai salah satu universitas elit dunia.

Beliau menamatkan pendidikan S1 nya di Universitas Gadjah Mada, sehingga tidak heran beliau disamping fasih berbahasa Indonesia juga fasih berbahasa Jawa Krama. Setelah menyelesaikan S1 nya beliau melanjutkan pendidikan S2 nya di Wellington dan mendapat gelar PhD nya di Sydney University di bidang budaya Jawa.

Beliau merupakan ahli Bahasa dan Budaya Jawa. Seorang Indonesianis yang sangat antusias memperkenalkan dan meneliti Bahasa dan Budaya Jawa.

Disamping dikenal sebagai pakar budaya sastra Jawa, beliau juga meneliti tentang makna ziarah dan makam-makan keramat di Jawa dan Madura.Sepanjang karirnya beliau telah menghasilkan puluhan artikel ilmiah dan buku yang berhubungan dengan topik di atas.Salah satu karya ilmiah yang sangat menarik adalah tentang penyanyi Nike Ardilla yang fenomenal yang ditulisnya pada tahun 2007 dengan judul 'Nike Ardilla: Instant Pop Saint'.

Saat ini beliau tercatat sebagai ketua Balai Bahasa Indonesia Australian Capital Territory. Beliau merupakan salah satu penggerak organisasi para guru Bahasa Indonesia bagi penutur asing yang anggotanya berasal dari Indonesia dan Australia (ASILE).

Aktivitas beliau dan para Indonesianis (pencinta Indonesia) lainnya semata-mata didasari sebagai relawan.Setiap hari Jumat minggu pertama setiap bulannya mereka berkumpul untuk mengemukakan gagasannya untuk mempromosikan budaya dan Bahasa Indonesia di Australia.

Dengan berbekal sekotak biscuit yang dibawa dari rumah masing-masing untuk dikonsumsi sehabis rapat, Prof George Quinn memimpin rapat dalam Bahasa Indonesia yang sangat fasih dan berdiskusi dengan koleganya.Tak terasa airmata ini menetes menyaksikan sosok sederhana yang terkadang lebih cinta Indonesia dari orang Indonesia sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun