Masih ingat pinjaman dari pemerintah dengan bekerjasama dengan Bank BRI kepada mahasiswa untuk membiayai kuliahnya di era tahun 1980 an?Australia juga memiliki program ini dimana mahasiswa Australia dapat meminjam uang untuk membiayai perkuliahan dan melunasinya setelahmereka lulus dan memperoleh pekerjaan dengan gaji sebesar A$53.345 per tahun atau lebih.
Pada tahun 2018 mendatang diperkirakan kredit macet pinjaman mahasiswa untuk membiayai kuliahnya mencapai A$ 11 milyar.Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan jumlah tahun lalu yaitu sebesar A$8,7.Diduga kontribusi yang besar dalam kredit macet ini datang dari kelompok wanita karena banyak yang bekerja paruh waktu sehingga besaran gaji nya belum mencapai angka yang diwajibkan untuk membayar kembali pinjamannya.
Disamping itu kontribusi juga datang dari lulusan pendidikan vokasi dimana banyak dari mereka yang telah bekerja belum mencapai besaran penghasilan yang diwajibkan untuk membayar kembali hutangnya.
Dari hasil analisa yang dilakukan oleh Grattan Institute menunjukkan bahwa pinjaman mahasiswa dari A$33,8 M menjadi A$63.6 dalam waktu 4 tahun mendatang.Penyebab utama belum dapat dilunasinya utang ini adalah sakit, meninggal, kegagalan memproleh pekerjaan dengan gaji yang cukup.Diperkirakan dalam empat tahun ke depan akan terdapat tambahan sebanyak 266.000 mahasiwa yang terlibat dalam masalah ini.
Dalam anggaran yang diluncurkan dua minggu yang lalu terdapat sebanyak 2 juta mahasiswa yang meminjam uang pada pemerintah untuk membiayai kuliahnya dalam tenggang waktu 8,5 tahun untuk pembayarannnya.
Diperkirakan kombinasi antara makin banyaknya jumlah mahasiswa yang berhutang untuk membiayai kuliahnya danbiaya kuliah yang semakin meningkat akan meningkatkan kredit macet di masa mendatang.
Kredit macet itu sama seperti yang terjadi di Indonesia pada era tahun 1980 an.Memang diantara para mahasiswa yang mendapatkan pinjaman uang sebesar Rp.500 ribu pada saat itu ada yang sudah membayarnya.Pemasalahan utamanya di Indonesia yang berhubungan dengan kredit untuk mahasiswa ini adalah data base yang tidak memadai.
Bagi pengemplang kredit tidak ada sangsidan bagi yang telah membayarnyapun tidak ada reward sama sekali.Sehingga sampai saat ini tidak ada kabar apapun tentang nasib pinjaman yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut.Untungnya jumlahnya tidak se spektakuler yang terjadi di Australia.
Tampaknya kegagalan program pinjaman biaya kuliah untuk mahasiswa ini menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk tidak meluncurkan program yang sama akan tetapi lebih memilih bantuan langsung melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sumber : The Australian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H