[caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Myuran di lapas Kerobokan, Bali. Photo: http:News Corps Australia"][/caption]
“saya saat ini dalam kondisi yang rapuh. Saya berjalan berkeliling sambil menangis.Saya biasanya tidak pernah menangis. Saya tidak tau lagi apa yang harus saya kerjakan”
“saya terus terjaga dari tidur dan jika saya mendengar suara, saya akan terus berpikir tampaknya akan ada pertugas yang akan menjemput untuk mengeksekusi saya”
“saya masih memiliki harapan..kondisi ini tampaknya sangat nyata”
“tapi…saya bahkan tidak tau bagimana saya mempersiapkannya.Kemaren saya mendengar bahwa saya akan dihukum mati pada akhir bulan ini”
“saya pikir apa yang dapat saya perbuat? Apa yang akan saya katakan pada keluarga saya? Apa yang telah saya perbuat? Saja tidak tau lagi apa yang harus saya perbuat…”
“saya berbaring, dudukdan jugaberlutut.Semuanya berjalan demikian cepatnya.Hal ini terjadi demikian cepatnya sebelum mereka memberitahukannnya kepada saya”
“media lebih tau sebelumnya tentang rencana hukuman mati saya sebelum kami mengetahuinya”
Itulah ungkapan perasaan yang disampaikan oleh Myuran Sukumaran pada Deborah Crassrels, wartawan The Australian.
[caption id="" align="aligncenter" width="455" caption="Keluarga Myruran Ibu, saudara laki-laki dan perempuan yang putus harapan setelah grasi Myuran ditolak. Photo : Lukman S Bintoro Source: News Corp Australia"]
Myuran Sukumaran yang merupakanmahasiswa tingkat akhir bidang fine arts tengah menunggu saat-saat eksekusi matinya karena keterlibatannya dalam penyelundupan narkoba kelompok Bali Nine.
Kelompok Bali Nine yang semuanya warga negara Australia berusia antara 18-28 tahun ditangkap di Denpasar pada tangal 17 April 2005 karena berusaha menyelundupkan 8,3 kg heroin senilai A$ 4 juta dari Indonesia ke Australia.
Myuran yang saat ini berusia 33 tahun telah masuk dalam daftar terpidana hukuman mati sejak tahun 2006.
Dengan ditolak permohonan grasinya oleh presiden berdasarkan surat tertanggal 30 Desember 2014, kini Myuran sedang menanti saat-saat akhir hidupnya.
Sumber : The Australian; News.com.au
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H