Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cyber Crime Beraksi, Milyaran Dollar Menguap

18 Februari 2015   14:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:58 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: http://www.cyntel.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="492" caption="Photo: http://www.cyntel.com/"][/caption]

Berdasarkan laporan dari Kaspersky Lab yaitu perusahaan keamanan computer Rusia. Cyber Crime berupa pembobolan bank semakin marak dan mengkhawatirkan. Geng kejahatan computer ini telah berhasil membobol bank dengan jumlah mencapai jutaan dollar. Target utama kejahatan computer ini adalah Rusia, negara Eropa Timur dan Amerika.

Laporan kali ini mengambarkan secara detail bagaimana geng kejahatan computer ini beroperasi. Para pembobol bank ini memulai operasinya dengan mengambil video layar computer untuk mempelajari bagaimana pegawai bank beroperasi sehari-harinya, terutama bagaimana cara masuk ke dalam system. Selanjutnya mereka membajak sistem computer yang mengontrol ATM. Dengan cara ini mereka dapat menarik uang tunai dari ATM tanpa diketahui. Kelompok ini juga memiliki kemampuan untuk mengalihkan dana dari satu account ke account lainnya tanpa diketahui oleh pihak bank.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa jumlah uang yang berhasil dibobot mencapai $9,4 juta yang terkait dengan ATM dan $10 juta yang berhasil internet banking. Secara keseluruhan diperkirakan uang yang berhasil dibobol dapat mencapai $1 M.

Kerugian cyber crime di Australia saja mencapai lebih dari $1,06 M dengan jumlah korban mencapai 5 juta orang.

Sementara itu laporan terpisah dari Inggris menyebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan dari cyber-crime ini mencapai 27 M pound yang terdiri dari kerugian 21 M dari pihak bisnis,, 2,2 M dari pihak pemerintah dan 3,1 M dari masyarakat. Menteri keamanan Inggris Baroness Neville Jones menyatakan tekatnya untuk mengatasi permasalahan yang sangat serius ini bersama dengan industry kerkait. Bahkan Menteri Keamanan Inggris ini menyatakan bahwa para pelaku tampaknya tidak memiliki rasa takut sedikitpun karena mereka beranggapan operasi mereka aman dan tidak bakal tertangkap.

Hal yang sangat mengkhawatirkan, diduga para hacker ini menggunakan celah kelemahan yang ada di software Microsoft. Pihak Microsoft sudah mengakui adanya “patches” sebagai kelemahan softwarenya. Diduga kalaupun pihak Microsoft berhasil memperbaiki kelemahan software nya, para hacker ini akan mencari jalan lain untuk tetap melakukan operasinya.

Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti jumlah bank yang berhasil dibobol dan juga bank mana saja yang telah berhasil dibobol. Ketertutupan informasi ini diduga berhubungan dengan reputasi bank yang bersangkutan dan kepercayaan konsumen yang akan hancur jika informasi ini terbuka untuk umum.

Pihak berwenang di Amerika sangat mengkhawatirkan laporan ini karena masih belum diketahuinya bank Amerika mana saja dan juga jumlah uang yang berhasil dibobol. Sebenarnya pihak Kaspersky telah mengeluarkan laporan pertamanya mengenai kasus kejahatan computer yang terjadi di Amerika, nanum demikian pihak Amerika pada saat itu tidak mengkategorikan hal ini sebagai ancaman. Pihak FBI belum menanggapi secara resmi laporan terakhir dari Kaspersky ini.

Lokasi dimana para hacker ini beroperasi masih belum terdeteksi, tapi ada indikasi beberapa server mereka berada di China dan domain web nya terintegrasi di China. Namum demikian pihak Kaspersky menyatakan bahwa dapat saja lokasi dan alamat yang digunakan ini palsu untuk mengelabui orang yang melacaknya.

Dari laporan tersebut bank-bank yang menjadi korban kebanyakan ada di Rusia. Pihak Kaspersky berhasil mengakses 3 server yang digunakan para hacker dan mendapat bahwa Internet Protocol (IP) Address nya 178 yang menunjukkan adanya link dengan Rusia dan IP 37 yang terhubung dengan Amerika. Kejahatan ini diperkirakan sudah mulai marak sejak tahun 2013 dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda mereka menghentikan operasinya.

Kejahatan Cyber terhadap bank-bank di negara barat memang sudah umum, namun demikian pergeseran target ke Eropa Timur merupakan trend baru yang perlu diwaspadai.

Memang dalam laporan tersebut belum menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara target operasi mereka, namum demikian dengan meluasnya kejahatan bank ini bukan mustahil akan melanda Indonesia. Sudah siapkah bank-bank di Indonesia untuk mengantisipasi serangan ini?

Sumber : The Australian, Cyntel.com, Symantec.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun