Mohon tunggu...
Inovasi

Menyibak Perkembangan dan Perjalanan Jurnalisme Online

12 Maret 2016   13:44 Diperbarui: 12 Maret 2016   14:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Berkembangnya teknologi yang juga meluas pada bertambah luasnya sebaran informasi membuat media turut merasakan perkembangannya. Jurnalisme sendiri mulai memasuki ranah internet (atau lebih dikenal dengan sebutan jurnalisme online) sejak tahun 1992 dengan munculnya Chicago Online. 

Namun penggunaannya dirasa belum maksimal karena belum seluruh orang mulai mengenal jaringan internet dan kebutuhan berita lewat koran dan televisi dirasa masih utama dan paling mudah diakses. Tahun yang merupakan titik balik kebangkitan jurnalisme online sendiri adalah pada tahun 1998. Saat itu, seorang jurnalis bernama Matt Drudge, membocorkan kisah perselingkuhan Presiden Amerika Serikat, Bil Clinton dan sekretaris pribadinya yang bernama Monica Lewinsky. Kisah ini mulai diposting saat sebuah majalah di Amerika Serikat menolak untuk mempublikasikannya.

Hal ini menunjukkan bahwa jurnalisme online memiliki lebih banyak kesempatan dan kapasitas untuk menuliskan apa yang tidak bisa ditayangkan secara cetak maupun siar. Sejak saat itulah jurnalisme online mulai dilirik sebagai sumber pemberitaan lain yang aktual dan cepat. Hingga saat ini, jurnalisme online justru digadang-gadang mampu mengalahkan jurnalisme konvensional seperti cetak dan siar.

(Sumber)

Sementara di Indonesia sendiri, perkembangan jurnalisme online juga tak begitu jauh tertinggal dari perkembangan jurnalisme online di Amerika Serikat. Sejak tahun 1994 pula jurnalisme online telah masuk ke Indonesia melalui Harian Republika yang memiliki laman online pertama dengan alamat www.republika.co.id. Setelahnya, berturut-turut media seperti tempo.co, waspada.co.id, dan kompas.com juga turut menyemarakkan jurnalisme online di Indonesia hingga tahun 1997.

Di awal-awal kemunculannya, isi konten media online ini masih sama dengan apa yang ditulis dalam versi cetaknya. Hingga pada tahun 1998, munculah detik.com yang merupakan media online murni tanpa induk media cetak ataupun siar. Tanpa dukungan media cetak, seperti media online generasi pertama, www.detik.com mengenalkan langgam berita baru: ringkas to the point. Kerap, atas nama kecepatan, berita detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W + 1H layaknya pakem baku jurnalistik. Budiono mengenalkan langgam running news, yakni sebuah penyajian berita serial yang meniru cara breaking news stasiun berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor-kantor berita asing seperti AP, AFP, atau Reuters. 

Konsep ini mendapat tempat di hati pembaca di tengah penetrasi internet yang sangat rendah dan berbiaya mahal. Pada tahun 1998 penyebaran informasi melalui internet mulai menunjukkan tajinya dengan beredarnya kabar kemunduran Soeharto yang tersebar melalui mailing list para mahasiswa yang menentang rezim pemerintahan orde baru.

Setelah Indonesia mulai memasuki masa stabil setelah jatuhnya rezim Soeharto, internet pun perlahan-lahan masuk ke kalangan masyarakat Indonesia. Dari sinilah beragam media online yang tak berinduk media cetak maupun siar mulai berdiri dengan nama-nama seperti astaga.com, satunet.com, lippostar.com, kopitime.com, dan juga berpolitik.com. 

Meskipun terbilang baru dalam dunia jurnalisme, website-website tersebut kuat karena didukung oleh banyak investor di belakang mereka. Bahkan, saham kopitime.com pun sempat masuk ke dalam Bursa Efek Jakarta karena begitu menjanjikannya bisnis ini. Namun sayang, tak lama menikmati masa kejayaannya, tinggallah detik.com, kompas.com dan tempointeraktif.com yang bertahan karena dua nama terakhir memiliki induk perusahaan media cetak. Sementara detik.com dikatakan mampu bertahan karena prinsip jurnalisme yang diterapkan oleh mereka hampir sama dengan paham jurnalisme cetak / siar. 

Selepas krisis di tahun 2003, situs-situs internet lain pun mulai masuk. Kali ini bukan dalam ranah jurnalisme namun dalam taraf hiburan seperti kapanlagi.com, kaskus.co.id yang juga dapat digunakkan sebagai forum diskusi. Bahkan hingga tahun 2016 ini, tercatat situs online bertema informasi dan hiburan non jurnalisme menjadi bisnis yang menjanjikan. 

Beberapa di antaranya adalah malesbanget.com, hipwee.com, dan lain-lain. Sementara perkembangan jurnalisme online kini juga semakin lengkap dengan bergabungnya media-media penyiaran yang memiliki situs website tersendiri dengan informasi berbeda dengan apa yang ditayangkan di televisi semisal metrotvnews.com, dan juga liputan6.com. Hingga mencapai masanya saat ini, jurnalisme online dianggap sudah mengancam keberadaan jurnalisme konvensional lain karena dianggap lebih cepat, aktual, dan mudah diakses di manapun.

(Sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun