Mohon tunggu...
Rahmatika Renanda Riyadina
Rahmatika Renanda Riyadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student//full-time mommy

Hello! Welcome to page I'm a student yet a full-time mommy (for now)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Darurat KDRT! Pentingnya Mengolah Kecerdasan Emosional

2 September 2024   10:00 Diperbarui: 2 September 2024   10:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KDRT atau domestic violence merupakan kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh korban, misalnya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri, ayah terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek terhadap cucu. Kekerasan ini dapat juga muncul dalam hubungan pacaran, atau dialami oleh orang yang bekerja membantu kerja-kerja rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Selain itu, KDRT juga dimaknai sebagai kekerasan terhadap perempuan oleh anggota keluarga yang memiliki hubungan darah.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat hingga saat ini, Agustus 2024 telah terjadi sebanyak 16.624 kasus yang terdiri dari 3.555 kasus dengan korban laki-laki dan 14.429 kasus dengan korban perempuan. Sangat miris, KDRT menduduki peringkat pertama dalam jenis kekerasan yang dilaporkan.

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga seharusnya merupakan tempat aman dan bertumbuhnya potensi kebaikan secara maksimal bagi seluruh anggota keluarganya. Namun fakta dan data yang terus muncul sepanjang tahun memperlihatkan bahwa sebagian rumah bukan lagi ruang aman dan nyaman tetapi justru ruang di mana kekerasan dibangun sedemikian rupa dan ditutupi. Kekerasan juga muncul karena minimnya penghargaan pada perbedaan yang bisa jadi ada di dalam keluarga seperti perbedaan keyakinan atau cara pengasuhan anak. KDRT memiliki dampak yang luar biasa baik bagi korban ataupun anak dari korban.

Anak-anak yang dalam keluarga yang dipenuhi dengan kekerasan berada dalam bahaya, karena kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi terhadap anak tesebut seperti: Anak dapat cedera secara tidak sengaja ketika mencoba menghentikan kekerasan dan melindungi ibunya; Anak akan sulit mengembangkan perasaan tenteram, ketenangan dan kasih sayang. Hidupnya selalu diwarnai kebingungan, ketegangan, ketakutan, kemarahan, dan ketidakjelasan tentang masa depan. Mereka tidak belajar bagaimana mencintai secara tulus, serta menyelesaikan konflik dan perbedaan dengan cara yang sehat; Anak-anak yang biasa hidup dalam kekerasan akan belajar bahwa kekerasan adalah cara penyelesaian masalah yang wajar, boleh, bahkan mungkin seharusnya dilakukan. Anak lelaki dapat berkembang menjadi lelaki dewasa yang juga menganiaya istri dan anaknya, dan anak perempuan dapat saja menjadi perempuan dewasa yang kembali terjebak sebagai korban kekerasan. Anak perempuan dapat pula mengembangkan kebiasaan agresi dalam menyelesaikan masalah.

Dengan data KDRT yang ada di Indonesia, setiap individu kiranya lebih aware terhadap pengolahan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola emosi dirinya sendiri dan orang lain. Sementara itu, kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

KDRT dapat terjadi karena individu tidak dapat mengelola emosi yang ada pada diri sendiri sehingga melampiaskannya melalui kekerasan kepada orang lain. Selain itu faktor komunikasi yang baik kepada orang lain merupakan hal pendukung yang tidak kalah penting untuk mencegah KDRT. Mengutarakan apa yang kita rasa dan inginkan dengan baik tanpa melibatkan emosi merupakan salah satu cara untuk menghindari pertengkaran yang akan berujung menjadi KDRT. Cinta kasih terhadap sesama manusia juga merupakan salah satu cara untuk menghindari pertengkaran. Mengingat kembali kebaikan pasangan kita, seberapa besar cinta kasih yang kita miliki untuk pasangan kita sehingga kita memutuskan menikahi pasangan kita untuk menjadi teman seumur hidup kita. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kita sukai seperti membaca buku, menonton film kesukaan, berolahraga dan banyak hal lainnya yang bertujuan untuk menyegarkan pikiran kita agar kita dapat mengolah emosi yang ada di diri kita,

Selain mengolah kecerdasan emosional, mengolah kecerdasan spiritual juga salah satu cara mencegah KDRT. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan diri dan menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan. Kecerdasan spiritual juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah makna atau nilai, dan menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Menurut Danah dan Ian Marshall(2001), kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah dalam banyak aspek, mulai dari masalah memilih nilai, memposisikan perilaku dengan benar hingga kemampuan untuk membaca tindakan dan tujuan hidup agar lebih bermakna.

Membuka diri menjadi pintu utama meningkatkan kecerdasan spiritual. Lebih baik saat bertemu orang lain, kosongkan gelas. Kemudian isi gelas. Dengan begitu, kamu akan bisa memahami pikiran orang lain. Berbuat baik tidak hanya memberikan kepuasaan pada diri kamu. Tetapi juga membukakan hati dan pikiran lebih sensitif dan peka. Meskipun itu bentuknya kecil kebaikan bisa sangat berarti. Dari semua cara meningkatkan kecerdasan spiritual di atas. Ada satu hal yang menurut saya lebih penting. Pahami Tuhanmu. Karena ketika kita bisa memahaminya. Segala bentuk yang kita hadapi, akan kita hadapi dengan senyuman, hati ringan dan langkah ikhlas. Jadi Upaya untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan dengan pengolahan kecerdasan emosional dan spiritual.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun