Mohon tunggu...
nur eviriani pahisa
nur eviriani pahisa Mohon Tunggu... -

-belajar dari ayah dan ibu-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Hampir Usai Kemarin"

13 November 2010   02:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:39 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12896157111244686863

[caption id="attachment_75050" align="alignleft" width="360" caption="dari google"][/caption]

Ini bukan cerita, tapi kisah  yang dibuat dalam cerita,

Hujan pun turun membasahi kota, yang mula-mulanya hanya titik kecil drastis menjadi jatuhan besar dari langit. Dingin saat itu

Basah sepatu anak itu, berjalan pulang dari sekolah bergandeng payung menuju swalayan, lama dia berputar mencari sendal. ”rp. 31.900” kata kasir ”uangnya rp.50.000 yah” mengambil kembalian dan berjalan ke tempat penitipan tas.

Disitu dia membuka sepatu dan menggantinya dengan sendal yang baru di beli. Unik dan lucu ternyata sekeliling memperhatikan anak itu, mulai dari mencabut harga, mencopoti benang yang menghubungkan sendal, sampai memasukkan sepatunya ke dalam tas. Ketika menoleh, sekeliling senyum-senyum melihat dirinya. Di balasnya dengan senyum kebingungan

”om, salam om??” tanya anak itu pada angkot yang dinaikinya.

”oh, iya dek, tapi angkotnya nggak masuk ke dalam lorong, hanya sampai di luar saja”

”iya, nggak apa-apa om”

Angkot pun berjalan cepat melajui turunnya hujan yang belum reda

Dari balik jendela, sekeliling tampak air mulai menggenang di sekitar jalan, air yang nampak bening ketika jatuh luntur keruh di gilas roda zaman .

Satu per satu tampak pejalan pejalan kaki berlari kecil menghindari tumpahan hujan

Suasana yang selalu ada saat hujan turun berlari, berteduh, menunggu sampai hujan berhenti entah sampai kapan

”dek, ini lorong salamnya sudah sampai” ucap om supir angkot itu

Hendak turun anak itu, tak jadi, ”biarlah, dek, om antarin sampai dalam, ini juga hujan”

Senyum mengembang dari bibir anak itu

”Ini dek, salamnya, mau ngapain dek di sini??”

”nggak om, hanya ingin berkunjung saja” tersenyum kembali setelah membayar uang angkot

Harus menyeberang untuk sampai tepat di pintu pagar salam,

Mulai angkat kaki menyeberang.

piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip

–hidup hampir usai kemarin-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun