Mohon tunggu...
Raden Pucuk Pinus
Raden Pucuk Pinus Mohon Tunggu... -

Hadir dimuka bumi 25 tahun yang lalu. Saat ini giat belajar tentang CSR serta menjalankan program CSR di sebuah perusahaan pertambangan di Indonesia. Berusaha mendorong Corporate untuk menerapkan konsep Triple Bottom Line pada bisnisnya untuk menjaga keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Hobby menulis yang dituangkan dalam Kompasiana serta www.csrbusinessindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Road To Buli

8 Februari 2011   15:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 3641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12971799721960884779

Petualang kali ini adalah ke daerah Indonesia Timur tepatnya ke Tanjung Buli Kabupaten Halmahera Timur. Tujuan saya tak lain tentu saja untuk menjawab tantangan menjalankan program CSR sebuah perusahaan tambang di sana.

Buli merupakan daerah yang berkembang karena adanya perusahaan tambang disana. Penduduknya multi etnis, baik penduduk asli, pendatang dari ternate, bugis, buton, gorontalo, jawa dan tentu saja etnis tionghoa ada disana. Untuk ukuran Indonesia Timur, buli termasuk rame.

Saya mengawali perjalan dari Bandara Sukarno-Hatta Jakarta pada hari Kamis 16 Desember 2010 dini hari tepatnya pukul 02.15 WIB sampai di Bandara Sultan Baabullah Ternate pukul 07.00 WIT. Kotamadya Ternate merupakan kota terbesar di Maluku Utara, semula merupakan Ibu Kota propinsi Maluku Utara. Ternate adalah pulau yang tersendiri dengan kondisi alam yang indah terdiri pantai Sulamadaha kemudian ditengah pulau berdiri kokoh gunung berapi Gamalama. Keberadaan gunung Gamalama membuat kota ternate terasa sejuk walaupun berada di pesisir pantai. Gunung Gamalama terkahir meletus tahun 1980, sehingga di balik keindahanya gunung Gamalama menyimpan potensi bahaya dari potensi letusan gunung yang bisa terjadi kapan saja. Oleh karena, mulai 2010 Pemerintah Propinsi Maluku Utara memindahkan Ibu Kota Maluku Utara ke Sofifi yang berada di pulau Halmahera. Pemindahan ini juga bertujuan untuk mendorong pemerataan pembangunan di Kabupaten-kapupaten yang berada di pulau Halmahera.

Setelah beberapa saat singgah di Kota Ternate, kemudian siang harinya pukul 13.00 WIT saya melanjutkan perjalan dari Bandara Sultan Baabullah Ternate menuju Bandara Buli menggunakan pesawat Express Air. Saat ini jadwal penerbangan Ternate-Buli sudah ada setiap hari dengan 3 maskapi penrebangan yang melayani yaitu Express Air, Wings Air dan Merpati Airlines. Perjalanan hanya 20 menit. Alhamdulillah cuaca lagi cerah. Turun dari pesawat, langsung di sambut udara panas yang menyengat khas iklim pesisir.

Alhamdulilah di Bandara Buli saya sudah di jemput oleh protokol perusahaan tambang, langsung meneruskan perjalanan darat menuju kantor tambang yang berlokasi Buli tepatnya di jalan Pantai Indah. Jalan yang dilalui sudah beraspal dan relatif mulus serta datar sehingga bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10 menit. Kemudian saya diantarkan menuju mess tempat tempat saya menginap. Lokasi kantor dan mess persis di tepi pantai sehingga suara debur ombak bisa terdengar. Saya juga bisa melihat gugusan pulau yang indah dan masih alami di sekitar Tanjung Buli terdiri dari pulau Gee dan pulau Pakal. Namun, sayang kondisi pulau Gee sudah terlihat bopeng-bopeng sebagai dampak dari aktifitas penambangan. Saat ini perusahaan tambang secara bertahap mulai melakukan reklamasi untuk memulihkan kondisi lingkungan di pulau Gee.

Dampak positif dari kegiatan penambangan terlihat dari aktifitas masyarakat di sekitar Tanjung Buli sudah mulai berdenyut. Pasar Buli pun sekarang sudah beroprasi setiap hari serta hadirnya pertokoan, waserba dan tumbuhnya usaha jasa terutama sewa rumah/kos-kosan, rumah makan dan fotocopy. Pertumbuhan ekonomi juga terlihat dari telah beroperasinya perbankkan secara online serta dilengkapi dengan ATM yaitu Bank Mandiri dan Bank BRI.

Pembangunan infrastuktur juga berlangsung cepat dengan dukungan perusahaan tambang melalui program corporate social responsibility (CSR), dengan telah tembusnya jalan propinsi dari Bandara Buli-Maba-Kota Maba sehingga akses tranportasi bisa lebih mudah. Pembangunan infrastuktur publik lainya yaitu seperti pembangunan gedung pemerintahan, infrastuktur pendidikan, pembangunan puskesmas rawat inap Buli dan sarana ibadah baik gereja serta masjid.

*Tulisan ini dimuat di blog pribadi saya www.csrbusinessindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun