Mohon tunggu...
Raden Pucuk Pinus
Raden Pucuk Pinus Mohon Tunggu... -

Hadir dimuka bumi 25 tahun yang lalu. Saat ini giat belajar tentang CSR serta menjalankan program CSR di sebuah perusahaan pertambangan di Indonesia. Berusaha mendorong Corporate untuk menerapkan konsep Triple Bottom Line pada bisnisnya untuk menjaga keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Hobby menulis yang dituangkan dalam Kompasiana serta www.csrbusinessindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Road To Buli (3): Wisata Alam Gamesan

11 Februari 2011   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_89507" align="alignleft" width="400" caption="Sugernya habis mandi di sungai Gamesan"][/caption] Pada hari Minggu, 9 Januari 2011 saya diajak rekan-rekan untuk jalan keliling Tanjung Buli dengan menggunakan sepeda yang sudah disediakan perusahaan sebagai fasilitas olah raga karyawan perusahaan tambang. Setelah sarapan pagi, kami mulai bersepeda mengelilingi desa di pesisir Tanjung Buli mulai dari Geltoli-Buli Karya-Buli Asal-Sailal. Kemudian kami melanjutkan perjalan menuju ke sungai Gamesan yang terkenal jernih serta pemandangannya alam yang asri. Tak terasa kami sudah menempuh perjalan sekitar 2 jam dengan melewati tepi pantai, kebun kelapa dan kebun jati milik penduduk dan sampailah di sungai Gamesan. Kemudian kami menyusuri tepi sungai Gamesan untuk mencari daerah sungai memiliki air terjun serta agak dalam sehingga bisa kami bisa berenang dan terjun kesungai. Sangat mengasikan bisa mandi dan berenang di sungai yang jernih dan sejuk. Tak terasa hari telah siang, kami pun bersiap meninggalkan sunga Gamesan.

[caption id="attachment_89508" align="alignright" width="400" caption="Bersepeda menyusuri sungai Gamesan"]

1297416942283583541
1297416942283583541
[/caption] Kami kayuh sepeda menuju pasar Geltoli, untuk cari buah. Rencananya habis makan siang kami mau ngrujak bareng (kaya lagi pada ngidam aja he..he...). Sampai di pasar langsung kami mencari buah dan bumbu rujak. Harga barang-barang disini sangat mahal, kalo dibandingkan di Jakarta inflasinya bisa mencapai lebih 100 persen atau harganya 2 kali lipat lebih. Misalnya saja aqua galon harganya paling murah 25.000 rupiah pergalon. Hal ini yang menjadi kendala daya saing usaha disini karena sulitnya tranportasi untuk distribusi sembako kedaerah buli. Lanjutan dari kisah petualangan saya di Pulau Halmahera klik Road To Buli (2) : Budaya dan Bahasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun