Mengapa Life Mapping (pemetaan hidup) ?
Saya akan mengawali dengan cerita  perjalanan saya setelah lulus SMA, sebagai gambaran pentingnya Life mapping. Setelah lulus SMA dari jurusan IPA, saya ingin memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Namun orang tua melarang. Kemudian kami putuskan, saat mengisi formulir SPMB (sekarang SNMPTN) pilihan pertama Ilmu Komunikasi UGM dan pilihan kedua Pendidikan Bahasa Inggris UNY. Saya diterima pada pilihan pertama dan sempat mengikuti kuliah selama dua minggu, sebelum saya diterima di DIII Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi negara. Kembali karena keluarga lebih mendukung saya berkuliah di STAN, saya memilih untuk pindah kampus. Merasa setengah terpaksa dalam kuliah, di semester empat saya mengalami Drop Out. Untungnya sebelum DO, saya sempat mendaftar STAN lagi dengan jurusan DI kepabeanan dan Cukai dan lulus Cumlaude . Hingga saat ini saya bekerja di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, untungnya saya menikmati apa yang saya jalani sekarang. Saya sempat mewakili instansi untuk Administrative Management Training di Korea Selatan dan akhir April saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Dari situ saya selalu menekankan pentingya life mapping, terutama kepada adik-adik saya dan adik kelas saya. Saya mencoba berperan aktif dalam kampanye penyadaran bahwa hidup harus dirancang sedini mungkin. bayangkan jika sejak awal lulus SMA saya dapat mengomunikasikan mimpi-mimpi saya kepada orang tua dan bersama-sama membangunnya, tentu saat ini saya akan mencapai titik yang lebih tinggi dari apa yang saya hadapi sekarang. But, its okay! Yang terpenting saya menikmati hidup saya sekarang, dan dapat berbagi tentang kisah kegagalan saya agar tak ditiru banyak orang. Bagaimana membuat life mapping? 1. Siapkan 2 lembar kertas HVS kosong. 2. Pada lembar pertama gambarlah gambaran kesuksesan kita di usia tertentu (misalnya 45 tahun atau 50 tahun). Gambaran kesuksesan tersebut meliputi semua aspek: karir, spiritual, kontribusi kepada lingkungan, keluarga, intelektual, pendidikan, dll. 3. Pada lembar kedua garis kertas menjadi enam bagian yang sama. Tiap kotak mewakili time-line hidup. Tuliskan (misalnya) Kotak 1: Kondisi Sekarang, Kotak 2: Usia 22 tahun, Kotak 3: Usia 25 tahun, Kotak 4: Usia 30 Tahun, Kotak 5: Usia 35 tahun, Kotak 6: Usia 40 tahun. Gambar dan tulis capaian apa saja yang harus kita gapai di tiap usia tersebut agar gambaran sukses pada lembar pertama bisa kita capai. Contoh: di usia 22 saya harus sudah lulus kuliah jurusan Ilmu Komunikasi, menguasai Bahasa inggris, magang di Kompas, menulis buku tentang Public Speaking, dan menjadi asisten dosen. Tentu setelah itu kita harus merinci tindakan apa yang harus kita lakukan mulai hari ini agar di usia 22 tahun tersebut, semua target kita tercapai. 4. Ceritakan life map-mu kepada keluarga dan teman, lalu berdiskusilah. 5. Lihatlah lagi kedua lembar kertas tadi dan apa feedback dari teman dan keluarga. Merenunglah, kemudian temukan jurusan kuliah apa yang akan kita pilih. Cukup luangkan waktu satu hingga dua jam untuk melakukan semua ini. yang terpenting adalah jujur pada dirimu sendiri, tentang apa mimpimu, tentang apa cita-citamu. Bila itu berbeda dengan keinginan orangtuamu, komunikasikanlah! Saya yakin, tiap orang tua akan memahami dan memilih yang terbaik untuk anaknya. Gunakan pilihan kata yang tepat dan tentu saja cara yang santun, agar tidak menyinggung perasaan orang tuamu. Bila perlu kemukakan fakta-fakta yang mendukung pilihan jurusanmu. Apa yang harus saya lakukan sekarang? Menukil kata-kata Anies Baswedan saat briefing Kelas Inspirasi: 1. THINK BIG! Bercita-citalah yang besar, tak ada yang melarang mimpi. Bercita-cita itu gratis, maka buatlah sesuai keinginanmu! 2. START small! Mulai dengan hal-hal kecil. Mulai belajar lebih giat. mulai mengurangi aktivitas on-line. Mulai meluangkan waktu untuk memikirkan masa depan. Mulai mengomunikasikan mimpi dengan orang terdekat. Mulai! 3. ACT now! Kapan harus saya mulai? SEKARANG! Sudah tidak ada waktu lagi! Buat peta hidupmu, komunikasikan, dan mulai melakukan perubahan hidup ke arah positif! Well, itulah saran yang bisa saya berikan. Bila ingin bertanya atau ingin tahu lebih lanjut bisa hubungi saya pula melalui twitter di @rahmatsemesta, dengan senang hati saya akan membantu semampu saya, terutama tentang life mapping dan pemilihan jurusan. Sukses selalu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H