Foto diatas merupakan curahan hati murid yang saya temukan pada coretan dinding toilet sekolah kami. Coretan pada foto pertama "Percuma kami di sekolah bahagia jika sampai di rumah langsung termenung" pada foto ke dua "Tidak ada rumah yang harmonis,, kami bukan siswa nakal" dan foto yang ke tiga "Kami berjuang demi masa depan, asalkan kami diperlakukan dengan baik di rumah, kami juga masih punya masa depan.
Mengamati tulisan-tulisan murid di atas membuka hati saya bahwa yang mereka butuhkan adalah kasih sayang sebagai kebutuhan hidup mereka di masa sekarang. Sebagai guru kita harus memahami dan memaklumi kebutuhan mereka.Â
Perilaku mereka semata-mata adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Pada dasarnya karakter yang sekarang tampak pada murid dimasa sekarang bersifat sementara yang hanya tampak di permukaan.
Sifat dasar manusia adalah baik karena diciptakan dengan baik dan proses yang baik oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Karakter positif pada murid perlu penebalan yang harus diupayakan oleh tiap satuan pendidikan. Guru berperan dalam mengidentifikasi karakter murid, dasar kebutuhannya serta merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan dasar murid.
Kadang ada sebagian dari kita yang menghakimi murid, memberikan hukuman kepada mereka, mencantumkan "label" nakal tak bisa diatur kepada murid. Tanpa kita sadari bahwa apa yang kita ucapkan pada mereka dapat mendoktrin murid menjadi apa yang kita ucapkan pada mereka. Lantas apa yang harus kita lakukan?.Â
Hukuman tidak akan membuat mereka jera dan tidak mengalangi perbuatan negatifnya, yang mereka lakukan adalah kepatuhan yang bersifat sementara karena rasa takut, padahal yang mereka butuhkan adalah kasih sayang dari kita. Hukuman juga hanya menimbulkan rasa sakit hati pada diri mereka,, karena sifatnya yang menyakitkan.
Tindakan yang perlu kita lakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan dasar murid, melakukan restitusi pada murid yang melakukan kesalahan. Perlu juga dibuat keyakinan kelas yang disusun bersama murid, biarkan mereka mengekspresikan keinginannya dan sampaikan konsekuensi yang harus mereka hadapi jika melanggar keyakinan kelas.Â
Akhirnya mari kita dampingi murid-murid kita dengan lapang dada agar supaya pekerjaan kita dapat bermanfaat bagi diri murid dan sebagai ladang ibadah dalam membimbing murid menemukan kodrat yang sudah ditentukan oleh Tuhan-nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI