Ambivert, apakah sudah lumrah di telinga anda?
Bagi Sebagian orang mungkin masih menjadi hal yang asing, ada juga yang pernah dengar tapi tak tahu dengan artinya. Karena memang yang seringkali terdengar hanyalah dua kepribadian yang sudah kita bahas sebelumnya yaitu ekstrovert dan introvert.
Ingat di tulisan sebelumnya bahwa manusia pasti memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert, namun ada salah satu yang cenderung lebih dominan. Lalu bagaimana jika kepribadian ekstrovert dan introvert bergabung? Apakah menghasilkan kepribadian yang baru?
Contohnya, ada yang senang menjadi pendengar yang baik dan suka dengan kesendirian, namun di sisi lain ia juga senang dengan keramaian. Hal ini bisa dikatakan kontra dengan bahasan sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan ada juga orang yang memiliki dua kepribadian tersebut. Apakah anda juga demikian?
Kesempatan kali ini, kita akan mencoba berkenalan dengan kepribadian ambivert
Berkenalan dengan Ambivert
Sedikit kita membahas mengenai asal muasal adanya istilah ambivert. Pada mulanya Car Gustav Jung memperkenalkan adanya kecenderungan dua kepribadian manusia yaitu Introvert dan ekstrovert. Introvert dapat diartikan dengan individu yang fokus dengan dirinya sendiri, sedangkan ekstrovert senang dengan keramaian.
Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ambivert adalah ilmuan sosial asal Amerika, Kimball Young, namun pada saat itu memang belum terlalu popular. Dan kemudian oleh Hans Eysenk, seorang psikolog pada tahun 1947 lebih banyak memperkenalkan istilah ambivert.
Introvert banyak dipengaruhi oleh hal-hal di dalam dirinya, sedangkan ekstrovert banyak dipengaruhi oleh hal-hal di luar dirinya. Dan ambivert lebih dikatakan fleksibel, karena sikapnya yang bisa menempatkan dalam kondisi apapun---bisa ekstrovert dan bisa introvert.
Ada beberapa tanda seorang ambivert:
- Senang sendiri, tapi senang juga dengan keramaian. Karena orangnya yang fleksibel akhirnya dalam kondisi sendiri dan ramai menjadi hal yang biasa saja. Saat sedang menyendiri, ia nyaman menjadi dirinya sendiri dengan berbagai pikiran yang berseliuran. Saat ramai, ia nyaman menjalin hubungan dengan orang lain. Ia bisa memahami batasan dalam melakukan sesuatu. Ada saat ia harus benar-benar sendiri untuk berdialog dengan isi kepalanya, ada juga waktu untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
- Kondisinya yang bisa beradaptasi dengan setiap situasi membuat orang dengan kepribadian ambivert kadang-kadang terlihat menjadi seorang yang pendiam, tapi kadang-kadang terlihat menjadi seorang yang banyak bicara. Di sisi lain ia bisa menjadi pendengar yang baik dari lawan bicaranya, sedangkan di sisi lainnya bisa menyampaikan banyak hal dengan pola bahasanya yang baik pula.
- Tentu tidak sekedar terlihat sempurna dari kulitnya, orang dengan kepribadian yang selalu berubah-ubah, akhirnya seringkali sulit menentukan pilihan dan kurang yakin dengan pilihan mereka. Hal ini disebabkan oleh sikap yang berubah-ubah, sehingga memerlukan kontrol yang baik atas dirinya agar bisa menempatkan keputusan sesuai porsinya.
- Orang dengan kepribadian ambivert juga bisa dikatakan sulit untuk ditebak, karena kepribadiannya yang sering berubah-ubah. Tentu, perubahan tingkah laku berpengaruh kepada perubahan emosi, sehingga sulit menerka-nerka orang dengan kepribadian ambivert.