Mohon tunggu...
Roziqin Matlap
Roziqin Matlap Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum

suka dengan hal-hal yang berbau hukum, politik, agama, sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ingatlah Mamamu (Untuk Anakku, Bagian 2)

14 Agustus 2014   00:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nak, saat ini sedang heboh artis yang cekcok dengan mamanya. Sang artis merasa diperas oleh mamanya sendiri. Ia juga mengaku disekap di sebuah rumah sakit, padahal tidak sakit. Sementara mamanya merasa melakukan hal-hal yang terbaik untuk putrinya. Entah mana yang benar, wallahu a'lam. Ayah malah jadi ingat dirimu.

Nak, seberapapun hebatnya dirimu kelak, jangan lupakan mamamu. Dia lah yang mengandungmu dengan susah payah. Sewaktu hamil, mamamu jadi sulit tidur dan jadi sering muntah. Makanan apapun yang masuk, tak lama kemudian ia muntahkan kembali. Akhirnya ia minum madu untuk tenaga. Hal itu berlangsung berbulan-bulan, hingga bulan ketujuh sepertinya. Padahal umumnya, muntah-muntah terjadi sampai bulan ketiga. Bahkan mamamu sempat dimarahi bidan saat memeriksakan kandungan. Mama dianggap kekurangan gizi. Lucu ya, mamamu seorang bidan dimarahi bidan lain. Lebih lucunya lagi, mamamu sempat salah jawab ketika ditanya makanan apa saja yang baik untuk tambah gizi, padahal biasanya dia lah yang menceramahi pasien hehe..Bagaimana tidak kekurangan gizi, makanan yang masuk ke perut sedikit, sementara dia harus berbagi denganmu di kandungan. Berat mama hanya nambah sedikit sewaktu hamil. Alhamdulillah mamamu tegar, dan tidak pernah mengeluh dengan segala kondisinya itu. Mamamu memeriksakan kandungan beberapa kali, berpindah-pindah dari satu dokter dan bidan ke dokter dan bidan yang lain. Alhamdulillah kamu dan mama sehat menurut dokter dan bidan yang lain.

Hari berlalu, usiamu pun semakin bertambah di kandungan, hingga saatnya kamu keluar dari perut ibumu. Menurut ibumu, kamu lahir setelah siang harinya berziarah ke makam salah seorang wali di daerah Batang, dan setelah mamamu melihat pantai. Memang seharusnya anak dikenalkan kepada agama sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Oya, mamamu sangat suka pantai, berkali-kali ingin ke pantai tapi ayah belum sempat mengantarnya. Dulu pernah sih ayah ajak ke pantai Batang dan Manado, tapi mamamu masih kurang. Dasar ya.

Kamu pun akhirnya lahir di sebuah bidan di Pekalongan. Di bidan, biayanya lebih ringan. Maklum, ayah hanya PNS biasa. Sebenarnya, profesionalitas bidan tak kalah dari dokter kandungan. Entah mengapa bidan masih dianggap sebelah mata. Padahal ia sebuah profesi mulia yang seringkali menyelamatkan nyawa anak dan ibunya. Namun gaji dan kesejahteraan bidan dan dokter, sangat jauh. Sang bidan pun cekatan membantu persalinan, dan alhamduilillah, proses persalinan lancar meski kamu terlilit tali pusar.

Sering waktu berjalan, kamu pun tambah lucu. Mamamu memperhatikan setiap detil dirimu. Dia lah yang rela terbangun malam untuk menyusui dan mengganti popokmu. Dia lah yang memandikan dan membersihkan kotoranmu. Dialah yang tahu jadwal imunisasimu. Dialah yang tahu cara memperlakukanmu saat dalam perjalanan agar tetap sehat, sehingga ayah tidak takut membawamu bepergian ke luar kota berkali-kali sejak usiamu 1,5 bulan.

Nak, insya Allah mamamu termasuk wanita sholehah. Dialah yang meminta ayah menaruhmu di depan atau samping saat ayah dan mama sholat sehingga kamu melihat kami sholat, dengan harapan kamu sudah belajar sholat sejak bayi. Mamamulah bergantian dengan ayah, yang membacakan bacaan sholawat, agar kamu akrab dengan nama nabimu, dengan harapan kamu akan mengikuti ajarannya sejak dini. Dialah yang meminta ayah membaca Quran di kamar agar kamu ikut mendengarkan Quran sejak kamu di kandungan.

Anakku, itu baru sebagian kecil jasa mamamu kepadamu. Bagaimanapun baktimu kepada mamamu, kamu tidak akan pernah bisa menyamai jasanya kepadamu. Itulah mengapa perintah berbakti kepada ibu, mama, bunda, umi, atau apapun sebutannya, tiga kali lebih besar daripada kepada ayahmu. Itulah mengapa Uwais al Qarni begitu dihormati oleh nabi, meskipun belum pernah bertemu dengan nabi. Bahkan sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar, dan Ali pun diperintahkan untuk meminta doa kepadanya.  Hal ini tidak lain karena bakti Uwais kepada mamanya.

Ironisnya, sekarang banyak anak yang tidak sopan kepada mamanya. Bahkan ada yang tega membunuh mamanya hanya karena alasan sepele. Meskipun ada juga sebaliknya, mama yang membunuh anaknya. Mama memelihara bayinya dengan penuh keceriaan dan berharap anaknya sehat dan panjang umur, sementara banyak anak yang merawat mamanya ketika sudah lanjut usia dengan harapan mamanya segera meninggal sehingga ia bebas dari kewajiban merawatnya.

Nak, hormati mamamu ya...

Peluk cium untukmu dan mamamu.

Citayam, 13/8/2014, pukul 17.26

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun