Mohon tunggu...
Roziqin Matlap
Roziqin Matlap Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum

suka dengan hal-hal yang berbau hukum, politik, agama, sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perayaan Agustusan Bukan Sekedar Ritual

11 Agustus 2014   06:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah lama tak menulis, sudah lama ingin berbagi banyak hal, tapi baru hari ini sempat. Semoga Allah memberikan keberkahan waktu bagi saya dan anda semua untuk berbagi, agar ilmu kita bermanfaat dan agar Allah mengajari hal-hal yang kita tidak tahu. Karena ketika kita menyebarkan ilmu, maka Allah akan menambah ilmu kita atas hal-hal yang kita sebelumnya tidak tahu.

Kali ini saya ingin cerita tentang cerita perayaan HUT RI ke-69, yang sudah dimulai hari ini di perumahan saya. Sebagaimana biasanya, bulan Agustus merupakan bulan HUT RI. Di bulan ini banyak diwarnai lomba-lomba untuk merayakan HUT RI. Kalau dulu di kampung, kami menyebutnya Agustusan karena memang dirayakan di bulan Agustus. Lalu apakah perayaan Agustusan ini sekedar ritual, yang kemudian berlalu begitu saja? Saya kira jangan demikian.

HUT RI, adalah waktu untuk mengingat bahwa Indonesia pernah menderita karena penjajahan, bahwa Indonesia pernah merdeka, dan bahwa kini kita telah mengalami penjajahan dalam bentuk lain.  Apakah pada perayaan Agustusan kita sudah merenungkan itu?

Lomba-lomba yang kita adakan untuk memperingati Agustusan seharusnya bisa menjadi media perenungan tentang makna kemerdekaan, meski dengan cara-cara sederhana. Di perumahan saya, misalnya, kami mengadakan lomba-lomba untuk anak usia TK sampai SMP, dengan panitianya berasal dari remaja SMP sampai mahasiswa.

Kami mengadakan lomba memindahkan bendera ke dalam botol. Anak kecil diminta berlari bolak balik untuk sekedar memindahkan bendera kecil sebanyak-banyaknya ke dalam botol. Kami berharap, anak-anak akan tahu bahwa perjuangan memindahkan bendera adalah perjuangan keras, dan demikian pula yang dialami oleh para pejuang, bahkan ketika sekedar ingin mengibarkan bendera, para pejuang mempertaruhkan nyawanya. Kini kita bisa mengibarkan bendera sepuasnya.

Kami juga mengadakan lomba puisi perjuangan. Setidaknya, kami berharap anak-anak itu tahu bahwa ada kisah perjuangan para pahlawan yang perlu dikenang dan diteladani. Bahkan, manfaat lebih banyak akan didapat oleh orang-orang dewasa yang mendengarkan puisi tersebut, agar tahu bahwa kemerdekaan ini dicapai dengan usaha keras sehingga perlu dipertahankan dan diisi dengan baik.

Demikian pula berbagai lomba lain, dan ragam acara lain untuk peringatan HUT RI. Setidaknya melalui peringatan HUT RI, kita ingat bahwa sudah 69 tahun Indonesia merdeka. Lalu apa yang sudah dicapai bangsa dan negara kita?

Jika anda cinta Indonesia, coba lihat sekeliling anda. Lihat di rumah anda, apakah ada produk dalam negeri yang anda gunakan? TV, komputer, tablet, kulkas, HP,  mainan anak, parfum, lampu, buah-buahan, bahkan jarum pentul adalah contoh sederhana saja betapa kita banyak tergantung dengan produk asing. Apakah ini yang namanya merdeka? Lebih besarnya lagi, lihat betapa banyak produk perundang-undangan kita yang merupakan pesanan asing, betapa banyak investasi asing di Indonesia, dan betapa banyak utang Indonesia kepada negara lain, bahkan isu intervensi asing juga muncul dalam pilpres. Apakah kita sudah merdeka?

Selanjutnya, mari kita renungkan apa saja yang sudah kita lakukan untuk bangsa dan negara kita. Okey, jangan terlalu luas dulu, mari kita berpikir, apa saja yang sudah kita lakukan untuk tetangga kita? Berangkat pagi pulang larut malam, ingatkah kita dengan tetangga kita? Sebelum kita tidur, pernahkah kita menanyakan atau setidaknya memikirkan, apakah tetangga kita sudah makan, sudah bayar kontrakan, beli susu bayi dan bayar biaya sekolah?

Lalu, sudahkah anda meninggalkan korupsi, karena sadar bahwa kita tidak boleh menyengsarakan rakyat yang sebangsa dan setanah air? Tegakah anda menghisap jerih payah rakyat yang bekerja keras dan membayar pajak, demi kantong pribadi dan golongan anda?

Apakah perayaan Agustusan sudah membekas di hati kita? Semoga Agustusan ini tak sekedar ritual.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun