Mohon tunggu...
-
- Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Biarkan bahasa memelukmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pojokan

6 September 2015   19:50 Diperbarui: 6 September 2015   19:50 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suatu malam, saat sedang asyik menonton Mister Tukul Jalan-Jalan, salah satu teman menyeletuk begini:

"Liatin itu, Kak. Yang bisa ngeliat hantu kebanyakan alisnya tebel,"

Refleks aku menunjuk alisnya yang persis ulat bulu.

"Kamu juga bisa?"

Dan dia cuma nyengir gaje. Apa-apaan itu?

Begitu sudah selesai menonton, aku iseng bertanya padanya -aku bahkan tidak peduli apakah dia berbohong atau tidak-

"Di kamarku ini, ada ga hantunya?"

 Dia cuma diam. Tapi beberapa saat kemudian, dia tersenyum. Aku menatapnya aneh. Dia ngapain senyam-senyum begitu? Dikira senyum bisa jawab pertanyaanku apa?

"Ada ga?" paksaku.

"Kak, setiap pojok itu pasti ada penghuninya. Kakak pasti pernah kan, pas di pondok, disuruh baca banyak surat pilihan dan duduknya di pojokan kamar? Nah itu maksudnya biar hantunya ga ngehuni kamar"

 Aku langsung menatap setiap pojok di kamarku dan mengerutkan alisku. Aku sangat jarang melakukan 'ritual' itu lagi. Sholat saja di ruang tamu, bukan di kamar. Mengaji juga kadang di sana. Roommate-ku yang kebetulan mendengar pembicaraan kita berdua, esok paginya, menyetel murottal kencang-kencang. Aku terbangun gara-gara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun