Hai, selamat bertemu lagi.Â
Banyak tanya yang menampar diri, mengapa kita dipertemukan kembali. Sulit, sejujurnya. Sungguh sulit untuk tidak menuruti kemauan diri untuk melihat mu walaupun dari jauh, tapi entah mengapa mata ini terus menuju kearah mu. Disaat fajar belum terlihat, dengan pantulan kemerah-merahan pada wajahmu, diri menurunkan tatapan itu kembali tak sanggup meendengar jawaban pada realita. Menjauh, hanya itu yang bisa ku lakukan.Â
Ah, kau baikbaik saja rupanya, kini kau terlihat bahagia, kau sepertinya sudah memulai dunia barumu, dan kukira kau sudah melupakan aku.. Ucap hati.
Hingga nama yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak kembali terucap, dan pada pagi hari dengan segelas teh pahit yang kunikmati nama itu kembali terucap. Diri membeku barang sebentar, angin menyadarkan dengan tanya "kau sadar itu namamu?", bukan itu bukan milikku lagi. Â Seharusnya.Â
Rindu mungkin bisa dikatakan begitu. Bukan, hanya saja dengan 4 huruf itu dia mengajak ku kembali. Kembali dalam kisah, yang mungkin itu bukan kisah, karna disana hanya ada aku. Setelahnya itu tidak terlihat menarik, dimana kau membangun tanya besar dan menghilang. Â
Dan apa yang harus aku lakukan jika diri dan kau harus bertemu kembali?
Entah yang dapat kulakukan hanya, tau diri. Bahwa berpura-pura untuk hanya sekedar mengenalmu itu cukup bukan? dan Sepertinya tanya yang kau bangun kini makin besar.Â
Sebelumnya maaf, jika diri lancang membuat hati kembali mengingatmu yang seharusnya tidak terjadi lagi. Realita memang tidak akan kembali mengajak kau dan aku seperti dulu. Hanya saja, bolehkan diri mengingatmu? Kabari aku jika kau mengingatku.
Nava.., 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H