Selain itu terdapat self efficacy yang tak kalah penting dalam menghadapi krisis yang dialami oleh individu yang berusia dewasa awal. Bandura (dalam Hoy, 2004) menyatakan bahwa rendahnya self efficacy dapat mengakibatkan kecemasan yang berakibat pada perilaku menghindar. Individu menjadi kurang dalam keterampilan mengelola dan mengambil keputusan karena cemas terhadap kejadian yang belum terjadi, mudah tertekan, dan selalu membandingkan diri dengan orang lain
Fischer (dalam Dhiyaaulhaqq, 2021) menarangkan quarterlife crisis selaku sesuatu perasaan yang muncul di kala seseorang orang menggapai umur pertengahan 20 tahun dan terdapat perasaan takut terhadap kehidupannya di masa yang akan datang, termasuk karier, kedekatan, dan kehidupan sosial.
Robbins & Wilner (2001) berpendapat ada tujuh aspek tanda bahwa individu mengalami quarter life crisis sebagai berikut:
Mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan
- Adanya rasa putus harapan
- Adanya  penilaian negatif pada diri sendiri
- Akan terjebak dalam keadaan sulit
- Mengalami perasaan khawatir tentang masa yang akan datang
- Mengalami perasaan tertekan
- Adanya rasa khawatir terhadap hubungan interpersonal (teman, keluarga, pasangan)
Ketika seseorang mengalami quarter life crisis, ada beberapa cara dalam menghadapi quarter life crisis, sebagai berikut:
Pertama, berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain dan kenali diri lebih baik. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat semakin khawatir. Daripada membandingkan hidup dengan orang lain, lebih baik mencari tahu kehidupan yang benar-benar diinginkan.Â
okuslah pada bagaimana kita menghabiskan hari itu sebaik mungkin. Yakinlah bahwa kami secara bertahap akan memahami keinginan dan tujuan Anda, bahkan tanpa kesadaran kami (Rahmania & Tasaufi, 2020).
Kedua, ubahlah keraguan menjadi tindakan. Ketika seseorang mengalami kebimbangan dalam hidup, gunakanlah sebagai kesempatan untuk menentukan tujuan baru. Isilah hari-hari dengan hal-hal positif, dan carilah jawaban atas keraguan.
Ketiga, temukan seseorang yang bisa menjadi support system. Bersama orang yang dapat mendukung impian dan ambisi serta menjadi cara untuk menghadapi krisis seperempat kehidupan.
Keempat, cintailah diri sendiri. Saat berada dalam fase quarter life crisis, kita mungkin cenderung mengabaikan kebahagiaan yang sebenarnya kita miliki. Sedangkan untuk mencapai tujuan hidup, terlebih dahulu kita harus menghargai serta mencintai diri sendiri.
Kelima, batasi penggunaan media sosial. Media sosial seringkali membuat kita merasa minder atau kurang berharga. Salah satunya adalah karena kita membandingkan pencapaian kita dengan mereka. Baik itu membandingkan kesuksesan, penampilan, dan kehidupan bahagia. Oleh karena itu, cobalah untuk membatasi penggunaan media sosial dan fokus pada hidup di masa sekarang (Aisy dalam Syifa'ussurur dkk, 2021).