Mohon tunggu...
Politik

Film Argo, ISIS, dan Kompleksitas Terorisme Di Era Modern

29 November 2015   14:21 Diperbarui: 29 November 2015   14:21 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kompleksitas terorisme terjadi bukan tanpa sebab, melainkan tersusun atas banyak.hal yang dipegang oleh banyak kepentingan. Banyak orang sebelumnya beranggapan bahwa terorisme merupakan bentuk aksi anti kemapanan. Hal tersebut tidak salah, dan dulu di beberapa dekade awal pasca berakhirnya Perang Dunia II, aksi-aksi terorisme umumnya dilakulan oleh pihak-pihak yang merasa terusik oleh masih menjamurnya kolonialisasi di Asia dan Afrika, seperti contoh yang dilakukan oleh para garis keras di era perang Vietnam, perang kemerdekaan di Afrika Barat dan Timur, dan beberapa lainnya. Sasaran yang dituju juga tidak sekompleks saat ini, di mana lokasi-lokasi pemerintahan negara-negara kolonial lah yang dituju, termasuk aset-aset milik mereka di luar negeri.

 

Inti aksi terorisme kala itu adalah untuk menggertakan para kolonialis (dan beberapa sebutan sejenis) untuk keluar dari tindakan ikut campur di wilayah-wilayah yang didatanginya. Salah satu contoh dari hal tersebut adalah seperti yang sempat tertuang dalam kisah film Argo karya sutradara Ben Affleck. Meskipun dinilai cacat sejatah di beberapa bagian, namun beberapa adegan di film tersebut menunjukkan adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada orang-orang Amerika Serikat (AS) yang berada di Iran, lokasi kisah nyata yang diangkat oleh film Argo. Tujuan adalah agar orang-orang AS keluar dari Iran dan tidak mencampuri proses revolusi yang dipimpin oleh pemimpin spiritual Ayatollah Khomeini. Sasarannya jelas, hanya orang-orang AS saja, bukan orang lain. Tujuannya juga tidak melebar selain menggertak AS.

 

Hal di atas hanya contoh kecil bentuk terorisme di masa lalu. Sedangkan di era sekarang, terorisme hadir dengan bentuk yang begitu kompleks. Target sasaran yang dituju pun sulit ditebak, sehingga kemudian menimbulkan kekhawatiran global. ISIS sebagai kelompok teroris terbesar saat ini menginginkan hadirnya pemerintahan tunggal di dunia yang berdasar pada syariat Islam. Pertanyaannya kemudian adalah syariat Islam yang mana?

 

Islam diajarkan meluas sebagai agama yang cinta damai, bukan agama yang penuh kekerasan seperti yang terlihat dilakukan oleh ISIS. Ajaran Islam memang menghimbau para penganutnya untuk bersama menegakkan agama, namun tidak dengan cara yang destruktif. Islam tidak pernah memaksa, melainkan membimbing umatnya untuk berada di jalan kebenaran dengan penuh cinta kasih, tidak merusak, dan menghargai keberagaman. Jadi jelas salah jika ISIS mengklaim bahwa dunia ini harus berada di bawah satu kepemimpinan, yakni pemimpin yang didasarkan pada penafsiran Islam secara sepihak olehnya. Bahkan ISIS pun tega menghabisi saudara sesama Muslim jika tidak sepaham dengan tafsiran yang dianutnya. Hal ini membuktikan bahwa ISIS menjalankan tafsiran yang melenceng, yang bisa jadi justru ditunggangi oleh kepentingan pihak tertentu.

 

ISIS dan kelompok terorisme lainnya merupakan ancaman yang serius bagi stabilitas keamanan dunia, termasuk Indonesia. Meskipun dalam beberapa tahun belakangan tidak terjadi aksi terorisme di tanah air, namun potensi-potensinya masih banyak bertebaran dalam bentuk yang kian beragam. Teror yang dilakukan bukan lagi sebatas serangan bom, melainkan juga serangan propaganda dalam bentuk lebih halus melalui pencucian otak mengenai janji suci yang dibawa oleh para propagandis terorisme. Beberapa contohnya adalah terungkapnya kasus penyusupan yang dilakukan oleh segelintir kecil WNI di Suriah dan Irak, di mana bertujuan untuk bergabung dalam teror global yang dikomando oleh ISIS, dan juga munculnya video yang menampilkan seorang pria WNI yang mengaku bernama Abu Jandal Al Yemini Al Indonesi yang sesumbar menantang pemerintah Indonesia dan Polri dalam melawan propaganda ISIS di tanah air.

 

Melihat hal tersebut, pemerintahan pun tidak tinggal diam. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dihadirkan untul mendukung Polri, TNI, dan pihak-pihal terkait lainnya dalam mengoptimalkan upaya pemberantasan terorisme di Indonesia. Konsolidasi bersama di antara lembaga-lembaga pemerintah tersebut juga berupaya menggalakkan kampanye pencegahan terorisme di tengah masyarakar agar didapatkan kekompakan dalam hal kewaspadaan serta kesiagaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun