Meskipun levelnya hanya AFF U-19 alias junior (bukan U-23 atau bahkan Senior), ternyata kemenangan para Garuda Muda di ajang tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyulut kebahagiaan sampai ke seantero negeri. Lihatlah bagaimana hari ini banyak orang tersenyum bahagia. Ya, kemenangan itu memang sangat manis rasanya! Ia bisa melahirkan sejenis sensasi aneh, campur aduk antara rasa syukur, haru, bangga, senang, bahagia dan puas. Terlebih di detik pertama saat kemenangan itu tercipta, kala tendangan penalti kaki kiri Ilham Udin Armaiyn melesak ke dalam gawang setelah membentur tiang kiri. Otak sekonyong-konyong dibanjiri sorotonin yg tanpa sadar menyentak pita suara untuk menggetarkan pekik teriak, pantat terlompat, tangan mengepal dan terangkat ke atas serta air mata yg tiba-tiba meleleh. Itulah indahnya orgasme kemenangan. Orgasme yg telah amat sangat lama tidak dirasakan bangsa ini, khususnya untuk urusan bola.
Sejenak, dahaga prestasi sepakbola di negeri yg berlimpah talenta ini seolah terobati. Dan sekali lagi, itu bukan oleh Timnas U-23 atau Senior, tapi oleh junior-juniornya. Para pengurus PSSI pun saya yakin sebelumnya tidak membayangkan jika antusiasme masyarakat atas gelaran AFF U-19 ini akan begitu besar. Tapi fakta berbicara lain. Garuda Muda ini tampil dg gaya bermain berbeda dg para seniornya. Hal itulah yg mencuri perhatian. Kolektivitas yg terjaga, gaya semi tiki-taka, operan satu dua sentuhan, variasi serangan yg beragam, fisik yg cukup prima, serta mental dan semangat luar biasa yg mereka tampilkan sejak awal membuncahkan optimisme dan harapan baru.
Kita semua seperti tersihir dan tak peduli bahwa ini hanyalah ajang junior. Yg kita tahu, di dada mereka tersemat simbol keramat Garuda Pancasila, dan lagu yg mereka nyanyikan di awal adalah Indonesia Raya. Mereka membawa panji-panji kebesaran negeri dan menjadi representasi bangsa ini. Syukurlah, akhirnya mereka bisa menjawab tuntas harapan semua orang dg mempersembahkan sebuah kemenangan manis yg didapat dg cara dramatis. Mereka memberikan PRESTASI !!!
Ya, prestasi. Sebuah kata yg seolah menjadi prioritas ke sekian jika disinggungkan dg urusan sepakbola. Para pengurus bola negeri ini lebih suka menjadikan bola sebagai urusan hiburan semata, bahkan parahnya, sampai membawanya ke urusan politik, keuntungan materi, juga ajang untuk eksis serta memperkaya diri. Sungguh ironis. Padahal jika mereka mau membuka mata, coba lihat, begitu indahnya prestasi. Begitu nikmatnya kemenangan. Begitu bahagianya menjadi juara!
Jika para pengurus bola ini benar-benar tulus bekerja, bukanlah perkara sulit untuk mencari 11 orang pemain bola hebat. Negeri ini berlimpah talenta. Jika mereka benar-benar serius, pastinya mudah sekali membuat program berjenjang dg terus mencari dan memupuk bakat-bakat luar biasa ini serta terus mengawal sampai mereka senior nanti. Tapi apadaya, sekali lagi, sepertinya pengurus-pengurus ini tak begitu peduli dg prestasi. Mereka seperti tak pernah belajar dari kesalahan masa lalu. Program-program mubazir yg hanya menghamburkan uang dan cara-cara mengurus bola yg sudah terbukti tidak menghasilkan apa-apa, masih saja dilakukan. Bagaimana mau berubah, lha wong pengurusnya sama. Seandainya orangnya beda pun, ternyata mentalnya yg sama.
Terimakasih saya ucapkan kepada skuad Garuda Muda yg sudah membuat bangsa ini orgasme. Semoga apa yg kalian lakukan bisa membuka mata hati para pengurus bola negeri ini. Semoga juga kakak-kakak kalian di Timnas U-23 dan Senior terinspirasi atas semangat, mental, daya juang dan kepolosan cinta kalian terhadap panji-panji negara yg kalian bela. Dan tentunya, semoga senior-senior kalian itu menjadi sadar bahwa bola itu harusnya memang dimainkan, bukan asal cocor saja dari belakang ke depan.
Terimakasih juga kepada Indra Sjafri. Sujud syukur anda di tepi lapangan membuat dada saya bergemuruh, persis seperti saat saya melihat Nil Maizar menangis kala bernyanyi Indonesia Raya di GBT beberapa waktu yg lalu. Pemandangan langka yg akhirnya bisa saya saksikan. Semoga para pelatih Timnas U-23 dan Senior bisa belajar dari pelatih yg hampir dibuang ini.
Ternyata, tidak diperlukan "pemain terbaik, terkenal, terjegger" dan "pelatih terhebat" untuk sekedar menciptakan permainan bola menarik serta secuil kebahagiaan dan nikmatnya sebuah kemenangan.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H