Mohon tunggu...
Royyan Zuhdi Arrifqi
Royyan Zuhdi Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Pindah Ibu Kota atau Menata Ekonomi? Sebuah Dilema Negara Berkembang

8 September 2019   14:52 Diperbarui: 10 September 2019   16:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan permintaan batu bara tersebut sejalan dengan aksi frontloading importer batu bara dari Tiongkok, menyusul rencana kebijakan restriksi impor oleh Pemerintah Cina.

Pembangunan infrastruktur ibukota baru juga diharapkan bisa menambah porsi penggunaan dari sumber daya potensial yang selama ini masih belum termanfaatkan. Seperti yang kita ketahui banyak sekali pertambangan di wilayah Kalimantan yang bisa memasok bahan baku pembangunan infrastruktur proyek ibukota baru. 

Dengan berpindahnya ibukota baru di Pulau Kalimantan, maka pengawasan pemerintah terhadap pertambangan yang ada disana lebih maksimal, potensi ini bisa mengurangi indikasi terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh pihak swasta yang mengelola pertambangan. Selain itu, harga tanah sesuai NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) akan meningkat.

Dengan begitu banyaknya spekulasi dan pendapat para ahli mengenai rencana pemindahan ibukota negara, maka perlu adanya penetapan kebijakan yang mendukung proses pemindahan ibukota tersebut. 

Efek terhadap ekonomi akan menentukan apakah ibukota memang benar benar harus dipindahkan atau hanya memperbaiki ibukota Jakarta agar layak digunakan sebagai pusat pemerintahan. Dengan beberapa efek terhadap ekonomi yang mungkin timbul dari pemindahan ibukota tersebut, langkah untuk menyusun sebuah rencana masa depan yang mendukung perekonomian negara setelah permasalahan ibukota terselesaikan. Semoga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki dampak positif terhadap negara kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun