[caption id="attachment_300512" align="alignnone" width="465" caption="Penghancuran Mesjid di Angola (sumber : www.onislam.net)"][/caption]
Membaca Artikel Sutomo Paguci Kenapa sih gereja masih digeruduk..? dimana penulis mengangkat isu tentang aksi FPI yang menggeruduk Gereja Santo Stanislaus Kostka, Bekasi, Jawa Barat. Aksi ini dilakukan FPI karena mereka berargumen bahwa pembangunan gereja harus dihentikan karena dimenangkannya penggugat atas kasus pembangunan gereja tersebut.
Mari kita bandingkan dengan kasus protes pembangunan mesjid di NTT ini, Pembangunan mesjid yang dipermasalahkan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) setempat Romo Aloysius Kosat. Padahal salah satu mesjid tersebut berada dalam Kompleks TNI AD yang tentunya sudah memperhitungkan kelayakan sebelum didirikan mesjid tersebut. Alasan Romo Aloysius Kosat mempermasalahkan pembangunan mesjid tersebut karena belum memperoleh rekomendasi dari FKUB setempat.
Kalau dilihat dari 2 kasus diatas, Kasus Gereja Santo Stanislaus Kostka adalah murni karena permasalahan hukum. Sementara FPI ‘menggeruduk’ Gereja tersebut disebabkan tidak dihentikannya pembangunan gereja tersebut setelah keluarnya putusan PTUN.
Berbeda dengan kasus NTT, pembangunan mesjid dihambat hanya gara-gara masalah administratif. Padahal mereka mengklaim agama mereka yang paling kasih dan damai di dunia. Namunt tidak ada kasih dan damai untuk minoritas Muslim di NTT, Bali, Papua, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan tempat-tempat lain di Indonesia yang Muslimnya menjadi minoritas.
Bahkan Kalau mau berbicara lebih luas lagi, umat Muslim yang menjadi minoritas di Afrika Tengah, Angola, Bosnia Herzegovina, Myanmar, Kosovo menjadi korban genosida dan pelecehan oleh umat yang katanya mempunyai rasa kasih dan damai yang lebih dibandingkan umat lain.
Bersyukurlah, wahai saudaraku kaum minoritas yang tinggal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya. Nasib kalian lebih baik daripada nasib saudara Muslim kami di negara yang mereka menjadi minoritas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H