Mohon tunggu...
Roy
Roy Mohon Tunggu... Insinyur - life it's Comedy

Martabak Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Semua Demi Kepentingan Keluarga, Jadilah Kepala Keluarga, Bukan Kepala Negara

6 Juni 2024   09:03 Diperbarui: 6 Juni 2024   09:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia yang penuh dengan intrik dan ambisi, kita sering kali dihadapkan pada pemandangan yang mungkin tidak terduga: seorang pemimpin negara yang sepertinya lebih cocok menjadi kepala keluarga saja daripada kepala negara. Mengapa tidak? Bukankah langkah-langkah yang diambilnya tampak jelas berorientasi pada satu tujuan mulia: karir keluarga.

Mari kita telusuri bagaimana seorang pemimpin ini, sebut saja Tuan Culas, merajut jaring kekuasaan yang begitu erat dan kental dengan nuansa nepotisme. Di saat kebanyakan orang tua berjuang untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka, Tuan Culas malah memberikan jabatan dan kursi kepemimpinan. Hebat, bukan?

Sebagai pemimpin yang visioner, Tuan Culas tidak segan-segan untuk mengubah aturan demi mewujudkan visi dan misinya. Mungkin kita pernah belajar bahwa konstitusi adalah dasar negara yang harus dijaga dan dihormati. Namun, bagi Tuan Culas, konstitusi hanyalah selembar kertas yang bisa diubah sesuka hati demi memuluskan jalan bagi keluarga tercinta.

Misalnya, saat anak sulungnya belum cukup umur untuk mencalonkan diri sebagai pejabat tinggi, Tuan Culas dengan lihai mengubah batas usia minimal pencalonan. Saat ada aturan yang menghalangi menantunya untuk menduduki jabatan strategis, ia tak ragu untuk meminta bantuan Mahkamah Konstitusi dan bahkan Mahkamah Agung. Begitu lincah dan fleksibel, bak akrobat politik yang mengagumkan.

Tuan Culas tampaknya memiliki kemampuan luar biasa dalam membina hubungan baik dengan para petinggi hukum. Di saat rakyat biasa melihat Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sebagai benteng terakhir keadilan, Tuan Culas melihatnya sebagai teman seperjuangan. Mereka bisa diajak bicara, bisa diajak kompromi, dan tentu saja bisa diajak kerja sama demi masa depan keluarga.

Dengan bantuan mereka, segala hambatan hukum yang menghadang bisa dengan mudah dilenyapkan. Aturan yang tadinya keras dan tak tergoyahkan bisa menjadi lunak dan mudah dilalui. Semua ini tentu saja demi cita-cita luhur: melanggengkan kekuasaan di tangan keluarga.

Mungkin kita sering mendengar istilah "demokrasi" sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun, Tuan Culas tampaknya memiliki definisi sendiri. Demokrasi versi dirinya adalah pemerintahan dari keluarga, oleh keluarga, dan untuk keluarga. Semua orang boleh berpartisipasi dalam pemilu, asalkan hasil akhirnya tetap menguntungkan keluarga Tuan Culas.

Bukankah ini suatu inovasi yang luar biasa? Di saat negara-negara lain sibuk mengurus demokrasi yang rumit dan berbelit-belit, Tuan Culas berhasil menciptakan demokrasi yang sederhana dan efektif. Satu suara, satu keluarga, satu kekuasaan.

Dengan segala kebijaksanaannya dalam menata karir keluarga, mungkin sudah saatnya kita memberi saran yang tulus dan bijak kepada Tuan Culas. Jika semua langkah yang diambilnya semata-mata demi kepentingan keluarga, mengapa tidak menjadi kepala keluarga saja? Tentu lebih mudah, lebih nyaman, dan pastinya lebih jujur.

Jadi, wahai Tuan Culas, kalau semua demi kepentingan keluarga, jadilah kepala keluarga, bukan kepala negara. Biarkan negara ini dipimpin oleh mereka yang benar-benar memikirkan rakyat, bukan hanya anak istri. Biarkan demokrasi kembali ke jalurnya, bukan menjadi dinasti pribadi.

Selamat berjuang dalam karir keluarga, Tuan Culas. Semoga sukses selalu di rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun