Mohon tunggu...
Roy Passenger
Roy Passenger Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bagaimana Sebatang Rokok Mengubah Hidupku

3 April 2016   06:48 Diperbarui: 3 April 2016   08:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Rokok adalah salah satu pembunuh paling sadis Menurut American Heart Association.

"Kalau tak kau hisap, kami tidak percaya! Kau tau, sulit bagi kami untuk menerima orang yang tidak merokok di sini. Takutnya kau akan mengadu ke kampung mengenai hal ini. Bila kau ikut merokok, walaupun hanya sekali hisap maka kami akan tenang." Kisah nyata saat pertama sekali bibirku bersentuhan dengan rokok.

Sebatang Rokok Pertama

 
Kecamatan, 1999. Aku terpaksa meninggalkan desa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP. Kebetulan belum ada sekolah SLTP di kampungku. Jarak dari kampung ke Kecamatan sekitar 25 km dan hanya bisa di tempuh dengan Berjalan kaki. karena itulah, anak-anak yang baru lulus SD, bila mau melanjutkan pendidikan harus tinggal di rumah kontrakan; kami menyebutnya jabu kosong. Tidak ada orang dewasa yang mengawasi di sana-Hanya sepuluh anak remaja lelaki yang sedang belajar mandiri. Kami belajar mandiri di umur yang masih teramat belia. Sebagian orang berhasil mendapatkan arti dari kemandirian itu. Tetapi kebanyakan terjerumus di dalamnya. Dan aku adalah satu contoh dari orang-orang yang terjerumus jatuh ke jurang saat belajar mengenai kemandirian.

Minggu pertama di SLTP, sepulang sekolah, aku berjalan cepat menuju dapur. Mengunyah makan siang dengan lahap walaupun dalam satu minggu, hanya ada ikan asin. Begitulah aku dan teman-temanku yang lain mengenal makanan-Ikan asin setengah kilo yang dibawah dari kampung cukup sebagai lauk selama seminggu. Selesai makan, anak-anak di sana menutup pintu rumah. Mereka duduk berkeliling, memanggilku untuk ikut bergabung. Mungkin mereka hendak memberitahu peraturan yang berlaku di rumah ini, pikirku. Kebetulan hanya aku saja yang menjadi penghuni baru. Semua teman-temanku yang lulus dari SD memutuskan untuk melanjut ke Kota Medan atau ke Balige dan sebagian lagi memutuskan untuk berhenti sekolah.

Saat aku duduk, Arman, Anak paman memandangiku dengan raut wajah yang sedikit mencurigakan. Tangan-nya kemudian merogoh kantung celananya dan tersenyum malu. Dia meletakkan sebatang rokok di tengah-tengah lingkaran yang kami buat. Kemudian, mereka mulai mengutarakan syarat yang harus kulakukan supaya aku bisa bergabung di rumah itu. Syaratnya adalah aku harus merokok walau hanya sekali hisap.

 Pertama sekali merokok, kepalaku langsung pusing. Aku mual-mual dan darah dalam tubuhku terasa panas. Aku benar-benar hanya menghisap sekali saja dan berbatuk beberapa kali. Waktu itu, mereka menertawakanku. Saat itu, aku berjanji bawah aku tidak akan pernah merokok lagi. Karena hal itu juga yang ibu minta padaku saat aku berangkat dari kampung. "Berjanjilah pada Ibumu Roy, Kalau kau tidak akan merokok di sana." "Ia bu," Jawabku waktu itu.

 Entah bagaimana ceritanya. Entah sejak kapan aku memulainnya. Janji pada ibuku telah kuingkari. Saat aku duduk di bangku kelas dua SLTP, aku sudah menjadi perokok berat. Aku mulai bolos sekolah dan bekerja di ladang orang untuk mendapatkan upah Rp.5000,00 dan uang itu dihabiskan untuk membeli rokok.


Hal-hal mulai Berubah

 Aku menerima Raport di caturwulan ke tiga, peringkat 10. Sebelumnya aku selalu menempati peringkat pertama bahkan sejak duduk di bangku SD. Rambutku menjadi kasar dan berbau. Kulit wajahku menjadi kering dan terlihat kusam. Roslina dari kelas 2-a memutuskan hubungan cinta monyet kami dan berpacaran dengan anak kelas satu yang lebih imut dariku. Rokok telah merenggut keimutanku waktu itu. Aku tidak kuat berdiri lama. Saat Upacara dihari Senin, aku lebih sering menyerah dan duduk di depan kelas dengan wajah penuh keringat. Tangan dan kakiku sering keram. Dan yang paling buruk, pada enam bulan pertama setelah aku merokok adalah aku tidak lagi lihai untuk menggiring bola.

Dari ratusan hal-hal buruk yang aku alami karena rokok, hanya ada satu hal yang cukup baik waktu itu. Dengan rokok, aku menjadi lebih berani, lebih gaul dan lebih diterima oleh anak-anak lain. Tapi itu hanya dienam bulan pertama, karena hal buruk yang aku terima di tahun-tahun berikutnya adalah kebalikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun